Analisis Puisi "Tentang Matahari" karya Sapardi Djoko Damono
Oleh : Edi
Susilo
NIM : AAB
110021
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya
2014
Tentang Matahari
Oleh: Sapardi Djoko Damono
Matahari yang di atas
kepalamu itu
adalah balonan gas yang
terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah
bola lampu
yang di atas meja ketika
kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima
dari sebuah alamat,
adalah jam weker yang
berdering
sedang kau bersetubuh,
adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil
itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini
matahari!"
Matahari itu? Ia memang
di atas sana
supaya selamanya kau
menghela
bayang-bayangmu itu.
A. Analisis Makna Puisi
1. Makna Esensial
Makna esensial merupakan makna yang mendasar atau
makna keseluruhan yang biasanya terdapat dalam bagian akhir sajak dalam puisi. Seringkali
kita lihat sebuah sajak membeberkan semacam klimaks, sehingga informasi yang hakiki,
yang menentukan makna keseluruhannya. Makna esensial pada puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono
tersebut mengungkapkan tentang sebuah kehidupan dengan menandakan matahari.
2. Kata
Kunci
Kata kunci merupakan kata
yang sering diulang penyair dalam puisinya, misalnya kata yang menujukan waktu
dan tempat, kata asing, atau kata yang sengaja diberi perhatian khusus oleh
penyair dengan memberi garis bawah, mencetak miring, dan sebagainya.
Kata kunci yang terdapat
dalam puisi Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini adalah kata /matahari/.
Kata tersebut sebagai kata kunci karena dalam
puisi tersebut kata /matahari/ mengalami
pengulangan beberapa kali. Kata /matahari/
dalam puisi itu disebutkan dengan berbagai ungkapan. Ungkapan yang
menandakan /matahari/ terdapat pada
larik kedua /adalah balonan gas yang
terlepas dari tanganmu/. Pada larik ini ungkapan yang menandakan /matahari/ adalah ungkapan /balon gas/. Ungkapan /balon gas/ menandakan /matahari/ karena balon membentuk bulat
dan gas merupakan sesuatu yang panas. Seperti kita tahu bahwa matahari itu
berbentuk bulat dan sinar yang dikeluarkan memancarkan sinar yang panas.
Larik puisi ketiga /waktu kau kecil, adalah bolam lampu/ ini
memiliki ungkapan yang menandakan /matahari/.
Ungkapan yang menandakan /matahari/ yaitu ungkapan /bolam lampu/. Ungkapan /Bolam
lampu/ ini menandakan /matahari/ karena
/bolam lampu/ merupakan sesuatu yang
memancarkan sinar yang panas sama seperti /matahari/.
Larik puisi yang
menandakan ungkapan /matahari/ yaitu
terdapat pada larik ketujuh yaitu larik /sedang
kau bersetubuh, adalah gambar bulan/. Ungkapan /gambar bulan/ pada larik itu merupakan ungkapan yang menandakan /matahari/. Ungkapan /gambar bulan/ ini menandakan /matahari/ karena bentuk matahari yang
begitu bulat sama seperti bulan pada saat bulan purnama.
3. Kata Inti
Kata inti merupakan
kata yang paling pokok dan penting. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono memiliki kata yang
paling penting sebagai kata inti. Kata inti yang terdapat dalam puisi itu
adalah kata /matahari/. Kata ini
menjadi kata inti karena /matahari/ merupakan
pokok dari isi puisi keseluruhan puisi. Kata /matahari/ menjadi salah satu topik dari puisi tersebut karena ada
beberapa ungkapan yang menandakan /matahari/
seperti ungkapan /balonan gas/, /bola
lampu/, dan /gambar bulan/.
4. Pembanding Puisi
Kata
kunci dalam puisi Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini dapat kita bandingkan dengan puisi-puisi karya penulis
lain. Kata kunci pada puisi yang berjudul Tentang
Matahari ini terdapat pada larik /matahari
yang di atas kepalamu/ dapat kita bandingkan
dengan puisi karya Asrul Sani yang berjudul Surat
dari Ibu dengan larik /dan matahari
pagi menyinar daun-daunan/ ini
mempunyai makna yang berbeda. Kata /matahari/
pada puisi Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini menunjukkan tentang kehidupan, sedangkan kata /matahari/ pada puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani ini menunjukkan
makna masih bersemangat dan berenergi.
Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono pada larik /matahari yang di atas kepalamu itu/ juga dapat dibandingkan dengan puisi yang
berjudul Padamu Jua karya Amir Hamzah
pada larik /matahari – bukan kawanku/ ini
mempunyai makna yang berbeda. Kata /matahari/
pada puisi Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini menunjukkan tentang kehidupan, sedangkan kata /matahari/ pada puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah ini menunjukkan
keinginan suasana yang hening.
Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono pada larik /matahari yang di atas kepalamu itu/ juga dapat dibandingkan dengan puisi yang
berjudul Sajak Sebatang Lisong karya
W.S. Rendra pada larik /matahari terbit/ ini
mempunyai makna yang berbeda. Kata /matahari/
pada puisi Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini menunjukkan tentang kehidupan, sedangkan kata /matahari/ pada puisi Sajak Sebatang Lisong karya W.S. Rendra
ini menunjukkan makna masih ada sebuah harapan yang besar.
4.
Gaya
Bahasa
Gaya atau khususnya gaya
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan
dari kata Latin stilus, yaitu semacam
alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian
kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.
Kita melihat
gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan
diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya.
Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya
bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang
yang mempergunakan bahasa itu.
Gaya bahasa yang sering
digunakan dalam membangun sebuah puisi. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono
ini juga menggunakan gaya bahasa. Gaya Bahasa yang digunakan dalam puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko
Darmono ini menggunakna gaya bahasa perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan
merupakan perbandingan dua hal yang sebenarnya berlainan, tetapi sengaja
dianggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit menggunakan kata seperti,
bagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana.
Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Darmono ini menggunakan gaya
bahasa perumpamaan terlihat pada larik pertama /Matahari yang di atas kepalamu itu/ dan larik kedua /adalah balon gas
yang terlepas dari tanganmu/ larik kedua yang menujukan bahwa larik itu
menggunakan gaya bahasa perumpamaan adalah pada ungkapan /balon gas/. Ungkapan /balon
gas/ merupakan gaya bahasa perumpamaan karena kata /balon gas/ menandakan /matahari/.
Larik ketiga /waktu
kau kecil, adalah bola lampu/ dan larik ketujuh /sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan/ juga menggunakan gaya
bahasa perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan pada larik ketiga dan ketujuh
terlihat pada ungkapan /bola lampu/ dan
/gambar bulan/. Kedua ungkapan itu
merupakan gaya bahasa perumpamaan karena ungkapan /bola lampu/ dan /gambar bulan/
menandakan /matahari/.
5. Aspek
Bunyi
Bunyi
dalam puisi berperan penting karena bunyi menimbulkan efek dan kesan tertentu.
Bunyi dapat menekankan arti kata, mengintensifkan makna kata dan kalimat,
bahkan dapat mendukung penciptaan suasana tertentu dalam puitis. Puisi itu
secara keseluruhan didominasi oleh adaya bunyi vokal a, i, u, e, dan o.
Bunyi
yang ada pada puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono yang paling
menonjol adalah vokal a dan yang
kurang menonjol adalah vokal o. Jumlah vokal dari larik pertama sampai larik
dua belas adalah vokal a ada 89, i ada 26, u ada 22, e ada 17, dan o hanya ada 2.
Rima merupakan
pola persajakan atau perulangan bunyi dalam tiap akhir larik puisi. Puisi yang
berjudul Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini menggunakan rima bebas. Pengarang dalam pembuatan
puisi menggunakan rima bebas karena menggunakan rima bebas membuat kita lebih
mudah dalam membuat puisi.
6. Aspek Formal
Karya sastra yang dibuat Sapardi Djoko Damono dikenal dengan menggunakan kata-kata
sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer. Sapardi
Djoko Damono merupakan sastrawan Angkatan 60-an. Salah satu puisi yang
berjudul Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini merupakan karya sastra yang mudah dipahami karena
kata-kata yang digunakan masih sederhana. Puisi ini walau terdapat beberapa
kata yang mengandung ungkapan tetapi masih mudah untuk dipahami oleh para
pembaca.
a. Tipografi
Tipografi
merupakan ukiran bentuk sebuah sajak dalam puisi. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Supardi Djoko Damono
ini tidak menggunakan ukiran bentuk tripografi karena tiap larik puisinya hanya
disusun rapi. Puisi tersebut tidak terlihat satu larik pun yang menggunakan
bentuk ukiran tripografi.
a.
Enjambemen
Enjambemen
merupakan gaya memenggal dan menyambung isi larik sajak yang berurutan. Puisi
yang berjudul Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono tidak menggunakan gaya enjambemen. Pemenggalan isi larik
yang satu dan yang lain masih tidak berurutan.
Terlihat
pada larik pertama /Matahari yang di atas
kepalamu itu/ larik kedua /adalah balon gas yang terlepas dari
tanganmu/, larik ketiga /waktu kau
kecil, adalah bolam lampu/, larik keempat /yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat/, larik kelima /yang teratur kau terima dari sebuah alamat/,
larik keenam /adalah jam weker yang
berdering/, larik ketujuh /sedang kau
bersetubuh, adalah gambar bulan/, larik kedelapan /yang dituding anak itu sambil berkata:/, larik kesembilan /”Ini matahari! ini matahari!”/, larik
kesepuluh /matahari itu? ia memang di
atas sana/, larik kesebelas /supaya
selamanya kau menghela/, dan larik kedua belas /bayang-bayangmu itu/. Larik
pertama sampai kedua belas itu terlihat bahwa setiap lariknya tidak menggunakan
enjambemen secara berurutan dan pemenggalan isi lariknya masih kurang tepat.
7. Definisi
Irama
Irama merupakan gerakan berturut-turut atau turun
naik bunyi secara beraturan. Definisi irama seharusnya memperhatikan sususan
kata yang dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua sampai empat suku kata. Puisi
yang berjudul Tentang Matahari karya
Sapardi Djoko Damono ini menggunakan beberapa jenis irama. Larik pertama,
kedua, ketiga, keempat, kelima, kedelapan dan kesepuluh menggunakan jenis irama
molto allegro karena terdiri dari
vokal a, i, u, e dan o. Larik keenam, ketujuh, kesebelas, dan kedua belas
menggunakan jenis irama allegro karena
hanya terdiri dari tiga vokal a, i, dan u. Larik kesembilan menggunakan jenis irama andante karena terdapat dua vokal a dan i saja.