Senin, 14 April 2014

Analisis Puisi "Tentang Matahari" karya Sapardi Djoko Damono Oleh Edi Susilo



Analisis Puisi "Tentang Matahari" karya Sapardi Djoko Damono

Oleh     : Edi Susilo
NIM    : AAB 110021


  
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Palangkaraya
2014



Tentang Matahari    
Oleh: Sapardi Djoko Damono

Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayangmu itu.




A. Analisis Makna Puisi
1.   Makna Esensial
Makna esensial merupakan makna yang mendasar atau makna keseluruhan yang biasanya terdapat dalam bagian akhir sajak dalam puisi. Seringkali kita lihat sebuah sajak membeberkan semacam klimaks, sehingga informasi yang hakiki, yang menentukan makna keseluruhannya. Makna esensial pada puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono tersebut mengungkapkan tentang sebuah kehidupan dengan menandakan matahari.
2. Kata Kunci
Kata kunci merupakan kata yang sering diulang penyair dalam puisinya, misalnya kata yang menujukan waktu dan tempat, kata asing, atau kata yang sengaja diberi perhatian khusus oleh penyair dengan memberi garis bawah, mencetak miring, dan sebagainya.
Kata kunci yang terdapat dalam puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini adalah kata /matahari/. Kata  tersebut sebagai kata kunci karena dalam puisi tersebut kata /matahari/ mengalami pengulangan beberapa kali. Kata /matahari/ dalam puisi itu disebutkan dengan berbagai ungkapan. Ungkapan yang menandakan /matahari/ terdapat pada larik kedua /adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu/. Pada larik ini ungkapan yang menandakan /matahari/ adalah ungkapan /balon gas/. Ungkapan /balon gas/ menandakan /matahari/ karena balon membentuk bulat dan gas merupakan sesuatu yang panas. Seperti kita tahu bahwa matahari itu berbentuk bulat dan sinar yang dikeluarkan memancarkan sinar yang panas.
Larik puisi ketiga /waktu kau kecil, adalah bolam lampu/ ini memiliki ungkapan yang menandakan /matahari/. Ungkapan yang menandakan /matahari/  yaitu ungkapan /bolam lampu/. Ungkapan /Bolam lampu/ ini menandakan /matahari/ karena /bolam lampu/ merupakan sesuatu yang memancarkan sinar yang panas sama seperti /matahari/.
Larik puisi yang menandakan ungkapan /matahari/ yaitu terdapat pada larik ketujuh yaitu larik /sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan/. Ungkapan /gambar bulan/ pada larik itu merupakan ungkapan yang menandakan /matahari/. Ungkapan /gambar bulan/ ini menandakan /matahari/ karena bentuk matahari yang begitu bulat sama seperti bulan pada saat bulan purnama.
3. Kata Inti
            Kata inti merupakan kata yang paling pokok dan penting. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono memiliki kata yang paling penting sebagai kata inti. Kata inti yang terdapat dalam puisi itu adalah kata /matahari/. Kata ini menjadi kata inti karena /matahari/ merupakan pokok dari isi puisi keseluruhan puisi. Kata /matahari/ menjadi salah satu topik dari puisi tersebut karena ada beberapa ungkapan yang menandakan /matahari/ seperti ungkapan /balonan gas/, /bola lampu/, dan /gambar bulan/.
4. Pembanding Puisi
            Kata kunci dalam puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini dapat kita bandingkan dengan puisi-puisi karya penulis lain. Kata kunci pada puisi yang berjudul Tentang Matahari ini terdapat pada larik /matahari yang di atas kepalamu/ dapat kita bandingkan dengan puisi karya Asrul Sani yang berjudul Surat dari Ibu dengan larik /dan matahari pagi menyinar daun-daunan/  ini mempunyai makna yang berbeda. Kata /matahari/ pada puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini menunjukkan tentang kehidupan, sedangkan kata /matahari/ pada puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani ini menunjukkan makna masih bersemangat dan berenergi.
Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono pada larik /matahari yang di atas kepalamu itu/  juga dapat dibandingkan dengan puisi yang berjudul Padamu Jua karya Amir Hamzah pada larik /matahari – bukan kawanku/ ini mempunyai makna yang berbeda. Kata /matahari/ pada puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini menunjukkan tentang kehidupan, sedangkan kata /matahari/ pada puisi Padamu Jua karya Amir Hamzah ini menunjukkan keinginan suasana yang hening.
Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono pada larik /matahari yang di atas kepalamu itu/  juga dapat dibandingkan dengan puisi yang berjudul Sajak Sebatang Lisong karya W.S. Rendra pada larik /matahari terbit/ ini mempunyai makna yang berbeda. Kata /matahari/ pada puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini menunjukkan tentang kehidupan, sedangkan kata /matahari/ pada puisi Sajak Sebatang Lisong karya W.S. Rendra ini menunjukkan makna masih ada sebuah harapan yang besar.
4.    Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.
Kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
Gaya bahasa yang sering digunakan dalam membangun sebuah puisi. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini juga menggunakan gaya bahasa. Gaya Bahasa yang digunakan dalam puisi Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Darmono ini menggunakna gaya bahasa perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan merupakan perbandingan dua hal yang sebenarnya berlainan, tetapi sengaja dianggap sama. Perbandingan ini secara eksplisit menggunakan kata seperti, bagai, ibarat, umpama, bak, dan laksana.
Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Darmono ini menggunakan gaya bahasa perumpamaan terlihat pada larik pertama /Matahari yang di atas kepalamu itu/ dan larik kedua /adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu/ larik kedua yang menujukan bahwa larik itu menggunakan gaya bahasa perumpamaan adalah pada ungkapan /balon gas/. Ungkapan /balon gas/ merupakan gaya bahasa perumpamaan karena kata /balon gas/ menandakan /matahari/.
Larik ketiga /waktu kau kecil, adalah bola lampu/ dan larik ketujuh /sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan/ juga menggunakan gaya bahasa perumpamaan. Gaya bahasa perumpamaan pada larik ketiga dan ketujuh terlihat pada ungkapan /bola lampu/ dan /gambar bulan/. Kedua ungkapan itu merupakan gaya bahasa perumpamaan karena ungkapan /bola lampu/ dan /gambar bulan/  menandakan /matahari/.
5. Aspek Bunyi
Bunyi dalam puisi berperan penting karena bunyi menimbulkan efek dan kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan arti kata, mengintensifkan makna kata dan kalimat, bahkan dapat mendukung penciptaan suasana tertentu dalam puitis. Puisi itu secara keseluruhan didominasi oleh adaya bunyi vokal a, i, u, e, dan o.
            Bunyi yang ada pada puisi Tentang Matahari  karya Sapardi Djoko Damono yang paling menonjol adalah vokal a dan yang kurang menonjol adalah vokal o. Jumlah vokal dari larik pertama sampai larik dua belas adalah vokal a ada 89, i ada 26, u ada 22, e ada 17, dan o hanya ada 2.
Rima merupakan pola persajakan atau perulangan bunyi dalam tiap akhir larik puisi. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini menggunakan rima bebas. Pengarang dalam pembuatan puisi menggunakan rima bebas karena menggunakan rima bebas membuat kita lebih mudah dalam membuat puisi.
6. Aspek Formal
Karya sastra yang dibuat Sapardi Djoko Damono dikenal dengan menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.  Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan Angkatan 60-an. Salah satu puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini merupakan karya sastra yang mudah dipahami karena kata-kata yang digunakan masih sederhana. Puisi ini walau terdapat beberapa kata yang mengandung ungkapan tetapi masih mudah untuk dipahami oleh para pembaca.
a. Tipografi
            Tipografi merupakan ukiran bentuk sebuah sajak dalam puisi. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Supardi Djoko Damono ini tidak menggunakan ukiran bentuk tripografi karena tiap larik puisinya hanya disusun rapi. Puisi tersebut tidak terlihat satu larik pun yang menggunakan bentuk ukiran tripografi.

a.   Enjambemen
            Enjambemen merupakan gaya memenggal dan menyambung isi larik sajak yang berurutan. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono tidak menggunakan gaya enjambemen. Pemenggalan isi larik yang satu dan yang lain masih tidak berurutan.
Terlihat pada larik pertama /Matahari yang di atas kepalamu itu/  larik kedua /adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu/, larik ketiga /waktu kau kecil, adalah bolam lampu/, larik keempat /yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat/, larik kelima /yang teratur kau terima dari sebuah alamat/, larik keenam /adalah jam weker yang berdering/, larik ketujuh /sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan/, larik kedelapan /yang dituding anak itu sambil berkata:/, larik kesembilan /”Ini matahari! ini matahari!”/, larik kesepuluh /matahari itu? ia memang di atas sana/, larik kesebelas /supaya selamanya kau menghela/, dan larik kedua belas /bayang-bayangmu itu/. Larik pertama sampai kedua belas itu terlihat bahwa setiap lariknya tidak menggunakan enjambemen secara berurutan dan pemenggalan isi lariknya masih kurang tepat.
7. Definisi Irama
Irama merupakan gerakan berturut-turut atau turun naik bunyi secara beraturan. Definisi irama seharusnya memperhatikan sususan kata yang dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua sampai empat suku kata. Puisi yang berjudul Tentang Matahari karya Sapardi Djoko Damono ini menggunakan beberapa jenis irama. Larik pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, kedelapan dan kesepuluh menggunakan jenis irama molto allegro karena terdiri dari vokal a, i, u, e dan o. Larik keenam, ketujuh, kesebelas, dan kedua belas menggunakan jenis irama allegro karena hanya terdiri dari tiga vokal a, i, dan u. Larik kesembilan  menggunakan jenis irama andante karena terdapat dua vokal a dan i saja.