1.
Arti Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah
keinginan yang terpuaskan karena disadari memiliki sesuatu yang baik.
Kebahagiaan tidaklah sama dengan kegembiraan atau kesenangan. Kebahagiaan bukanlah
suatu disposisi atau sikap jiwa yang riang gembira, memandang hidup dengan
gembira, meskipun tidak disangkal bahwa hal-hal tersebut dapat menolong ke arah
kebahagiaan. Sementara orang dapat memiliki perilaku demikian meskipun dalam
menghadapi kekecewaan. Roman ini berkaitan dengan arti kebahagiaan, yaitu ketika
Pak Balam mengakui dosa-dosanya yang pernah dilakukan.
“Sudah sampai ajalku kini. Rupanya aku mesti juga menebus dosaku.” Kata Pak
Balam menguatkan hatinya, “aku telah dapat firasat dan dapat mimpi. Tetapi
ketika itu aku masih berharap Tuhan akan mengampuni dosaku, dan melindungi kita
semua. Tidak aku seorang saja. Akan tetapi semua kita akan mendapat celaka
dalam perjalanan, yaitu tiap kita yang melakukan dosa besar....” (Halaman 93)
Selain Pak Balam terdapat juga Pak Haji yang mengakui dosa
yang pernah dia lakukan. Mengakui dosa-dosa kita merupakan sebuah kebahagiaan
yang sangat tak terduga karena dengan begitu dapat sedikit mengurangi beban hidup dan membuat tenang
dalam menjalani sebuah kehidupan. Bukti kutipan tersebut sebagai berikut.
Aku sudah
menipu, aku sudah berzinah, aku sudah merampok, aku sudah berdusta, aku sudah
membunuh, aku sudah mendengki, aku sudah khianat, dan aku pun sudah ditipu,
sudah dirampok, sudah didustai, sudah didengki, sudah dikhianati orang. Di
dunia ini dosa-dosa yang telah aku lakukan dan yang dilakukan orang terhadap
diriku telah bayar-membayar. Karena itu aku menyendiri, karena itu aku tak
hendak mencampuri soal orang lain, orang banyak, orang sekampung, karena itu
aku ingin dibiarkan hidup sendiri saja, jangan diganggu karena aku sudah
kehilangan kepercayaanku pada manusia. Orang hanya dapat hidup untuk dirinya
sendiri saja, itulah kepercayaanku selama ini. (Halaman 189)
Kebahagiaan juga dialami oleh Buyung ketika Zaitun gadis
yang dia suka bersikap baik dan manis sekali kepadanya. Buyung merasa hatinya
seakan terlonjak ketika Zaitun menyapanya dan memanggilnya dengan sebutan
“kakak”. Arti kebahagiaan yang dialami Buyung ini terdapat dalam kalimat
berikut.
Jika dia disuruh
ibunya ke rumah Buyung membawa kiriman masakan, dan kebetulan Buyung ada di
rumah, maka dia baik dan manis sekali pada Buyung dan akan tersenyum manis pula
dan dia kelihatan amat cantiknya, dan menyapa Buyung dengan "kakak".
Jika Zaitun demikian, maka Buyung merasa hatinya seakan terlonjak, terlambung
ke langit yang ketujuh, dan kakinya serasa tak berpijak lagi di lantai, dan
sekelilingnya terasa olehnya terang benderang, penuh bunyi suling dan orang
menyanyi. (Halaman 11)
Arti kebahagiaan juga ditujukan oleh Sanip. Dia
menganggap semua masalah seperti persoalan yang ringan. Dengan menghibur orang
lain Sanip menganggap itu adalah sebuah kebahagiaan yang sangat besar. Sanip
selalu bernyanyi dan bercerita untuk mencari kebahagiaan. Dia juga selalu bisa
mengajak temannya untuk selalu berbahagia dan meninggalkan semua keluh kesah
hati. Tingkah laku yang dilakukan Sanip itu membuat orang tidak dapat menahan
diri untuk ikut menari dan bernyanyi.
Berikut contoh kutipan tersebut.
Kalau
umpamanya mereka sedang menempuh hutan, dan turun hujan yang lebat, hingga
jalan menjadi licin dan badan mereka basah kuyup, maka Sanip dengan gembira
akan berseru “... jangan susah hati, habis hujan datanglah terang!” jika Sutan mengeluh karena beban yang
didukungnya amat berat, maka Sanip akan berkata “... ah, tertawalah, ingatlah
uang yang akan engkau dapat setelah damar terjual di pasar.” (Halaman 17)
Kebahagiaan juga tidak hanya diperoleh karena kita mendapat
sesuatu yang kita inginkan, tetapi kebahagiaan itu diperoleh ketika kita ingat
kepada Tuhan. Dengan kita ingat kepada Tuhan dan selalu memohon perlindungan-Nya
kita akan terus mendapat sebuah kebahagiaan yang begitu besar seperti
kebahagiaan yang diperoleh Pak Haji dan teman-temannya. Berikut kutipan arti kebahagiaan
tersebut.
Mereka
lebih khusuk lagi mendengarkan seruan Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
yang diserukan Pak Haji, dan mereka lebih merasa dengan kesadaran yang amat
dalam, penyerahan dirinya ke bawah lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa, tak pernah
rasanya mereka merasakan nikmat sembahyang seperti pada pagi itu. (Halaman 114)
Kebahagiaan itu diperoleh bukan hanya dari sesuatu yang
kita inginkan tercapai, tetapi kebahagiaan itu dapat kita peroleh dengan cara
saling menolong antarsesama hidup. Seperti yang ada di dalam novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis terdapat Pak Haji, Pak Balam, Buyung,
dan Sanip sedang mengalami masalah. Pak Haji, Buyung, dan Sanip menolong Pak
Balam yang sedang terluka dan tidak dapat berjalan. Mereka mengusung Pak Balam
sambil membawa damar, dengan ikhlas mereka menolong Pak Balam, mereka mau
meninggalkan damar yang dengan susah payah mereka cari untuk membantu Pak Balam
agar cepat sampai di kampung.
Membawa damar
sambil mengusung Pak Balam rasanya tak mungkin. Bagaimana yang baik Pak Haji,
akan kita tinggalkan keranjang yang berisi damar kita semua di sini, dan kita
berganti-ganti mengusung Pak Balam, atau kita tinggalkan dua keranjang saja,
dan kita berganti-ganti mengusung Pak Balam dan membawa keranjang damar?"
Pak Haji berpikir sebentar sebelum menjawab, kemudian berkata: "Aku kira
sebaiknya kita tinggalkan saja damar di sini. Kita bawa saja perbekalan
makanan. (Halaman 112)
2.
Semua Orang Mencari Kebahagiaan
Kebahagiaan bukan sekadar nama untuk menyatakan keadaan
sadar kita bahwa keinginan kita telah atau sedang dipuaskan. Maka kita tidak
dapat sesuatu tanpa menginginkan kebahagiaan. Seseorang yang tidak merindukan
kebahagiaan, tentu tidak mempunyai keinginan-keinginan, dan orang semacam itu
bukanlah manusia. Oleh karena itu, merindukan kebahagiaan di awang-awang,
seseorang berpendapat bahwa kebahagaian yang kongkret nyata menjadi tidak
mungkin karena kekurangan jalan untuk mencapainya. Seperti kita lihat pada novel
Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, seorang anak muda yang memiliki
keinginan besar untuk mendapat kebahagiaan. Pemuda itu adalah Buyung yang
mencari kebahagiaan itu dengan berusaha memperoleh hati dan cinta seorang
wanita yang bernama Zaitun. Walaupun Buyung tidak mengetahui apakah Zaitun
mencintai dia seperti dia mencintai Zaitun, Buyung tetap berusaha mengejar
cintanya itu. Berikut contoh kutipan tersebut.
Cintakah Zaitun padanya, seperti dia cinta pada Zaitun. Buyung merasa,
bahwa jika Zaitun tak merasa seperti yang dirasakannya, maka rasanya tak puas
hatinya akan kawin dengan Zaitun, meskipun kedua orang tuanya menyetujui
perkawinan mereka. Kadang-kadang terasa hilang akal Buyung memikirkan bagaimana
dapat...... membuat Zaitun jatuh cinta padanya, supaya Zaitun setiap saat ingat
padanya, rindu padanya, dan supaya dirinya selalu terbayang di depan matanya,
seperti kini dia selalu membayangkan Zaitun. (Halaman 14)
Selain itu, Siti Rubiyah juga mencari kebahagiaan. Dia
merasa tak bahagia selama menikah dengan Wak Hitam. Siti Rubiyah hanya tinggal
berdua dengan Wak Hitam, padahal Wak Hitam sudah sangat tua dan penyakitan.
Siti Rubiyah juga merasa tidak bahagia karena setiap dia tidur dengan Wak Hitam
selalu, ia tidak menggunakan pakaian sedikit pun, Wak Hitam melarangnya untuk
menggunakan pakaian dan Siti Rubiyah pun tidak tahu kenapa Wak Hitam
melarangnya menggunakan pakaian pada saat tidur dengannya. Contoh kutipan
tersebut sebagai berikut.
Mendengar kata Buyung, air mata Siti Rubiyah yang telah girang karena
melihat kancil, lalu berubah, dan dia kembali teringat pada kesusahan hatinya. “Aduh,
kakak,” katanya, “bagaimana aku tak bersusah hati. Aku hanya tinggal berdua
dengan Wak Hitam. Penyakitnya tak hendak sembuh-sembuhnya. Panas badannya
bertambah hebat saja. Dan Aku...” dia tertegun, berhenti berbicara, dan
memandang kepada buyung. (Halaman 64)
Pah Haji Rahmat juga salah seorang yang mencari
kebahagiaan. Pak Haji mencari kebahagiaan dengan cara mengembara ke
negeri-negeri lain. Lima tahun lamanya dia bekerja di kapal dan pernah tinggal
dua tahun di India. Pak Haji juga pernah mengembara ke negeri Jepang, ke negeri
Cina, ke Benua Afrika dan ke
bandar-bandar orang kulit putih dengan kota-kotanya yang ramai. Setelah dua tahun
mengembara, akhinya Pak Haji menunaikan haji dan kemudian kembali ke kampung
halamanya. Selama pak Haji mengembara ke negeri-negeri orang, dia lebih bahagia
tinggal di kampung halamannya dan bekerja sebagai seorang pendamar. Berikut
contoh kutipan tersebut.
Akan tetapi kampung halaman memanggilnya juga kembali. Dan setelah dua puluh tahun mengembara,
akhirnya Pak Haji menunaikan ibadah haji,
dan kemudian kembali ke kampung halaman. Dia juga kembali bekerja
mencari damar, seperti yang dilakukan oleh ayahnya dahulu, dan yang telah
dilakukannya pula sejak dia berumur tiga belas tahun mengikuti ayahnya. Pak
Haji selalu berkata, setelah merasakan semua pengalamannya di dunia, dia lebih
senang juga jadi orang pendamar. (Halaman 3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar