HAKIKAT
DAN FUNGSI BAHASA
2.1
HAKIKAT BAHASA
Kalau
kita membuka buku linguistik dari
berbagai pakar akan kita jumpai berbagai rumusan mengenai hakikat bahasa.
Rumusan-rumusan itu kalu dibutiri akan menghasilkan sejumlah ciri yang
merupakan hakikat bahasa. Ciri-ciri yang merupakan hakikat bahasa itu, antara
lain, adalah bahwa bahasa itu sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat
arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi. Berikut dibicarakan
ciri-ciri tersebut secara singkat.
1.
Bahasa Sebuah Sistem Lambang
Bahasa
adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sebuah komponen yang
berpola secara tetap dapat dikaidahkan. Sistem berarti susunan teratur
berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Sistem
terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara
fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun
menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.
Sebagai
sebuah sistem, bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya
bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sedangkan, Sistemis
artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari
sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik).
Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran
sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan
subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.
Maksudnya bahwa terdiri dari unsur – unsur atau
komponen – komponen teratur dan menurut pola tertentu.
Contohnya : Bersistematis yaitu tersusun oleh polanya.
Saya = sistematis dan memiliki
makna
Yasa = tidak sistematis dan
tidak memiliki makna
Aasy = tidak sistematis dan
tidak memiliki makna
2.
Bahasa Bersifat Arbitrer
Bahasa
bersifat arbitrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan
tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa
lambang terebut mengonsepsi makna tertentu. Secara Kongkret, mengapa lambang
bunyi [kuda] digunakan untuk menyatakan ‘sejenis binatang berkaki empat yang
biasa dikendarai’ adalah tidak dapat dijelaskan. Andaikata hubungan itu
bersifat wajib, tentu untuk menyatakan binatang yang bahasa Indonesia itu
disebut [kuda], maka tidak akan ada yang menyebutnya dengan <jaran> dan
<horse>.
Meskipun
lambang itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konvesional. Artinya,
setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang
dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang [kuda] hanya digunakan
untuk menyatakan ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’, dan
tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia
telah melanggar konvensi itu.
3.
Bahasa Berupa Bunyi
Sistem bahasa
itu berupa lambang yang diwujudkan berupa bunyi. Yang dimaksud dengan bunyi
pada bahasa atau termasuk lambang bahasa adalah bunyi yang bukan dihasilkan
alat ucap manusia tidak termasuk bunyi bahasa.
Contohnya :
Bunyi teriakan, bersin, batuk, dan lain – lain.
4.
Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa itu bersifat Produktif maksudnya adalah walaupun unsur – unsur bahasa itu
terbatas, tetapi dengan unsur – unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat
satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tak terbatas. Umpamanya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan
W.J.S. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai lebih kurang 23.000 buah
kata; tetapi dengan 23.000 buah kata itu dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak
terbatas.
Contoh : Galau, Alay, Lebay
5.
Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis, maksudnya
bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang
sewaktu-waktu dapat terjadi.
Contoh : download dan
upload berubah menjadi unduh dan unggah
6.
Bahasa itu Beragam
Bahasa itu beragam, artinya
meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun
karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar
belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam.
Contohnya : Pedagang sate
Madura dengan pedagang sate Banjar menyebutkan kata satenya berbeda. Pedagang
Madura ( Te-Satte), sedangkan pedagang Banjar ( Sate ).
7.
Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa Bersifat Manusiawi, artinya
bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki oleh manusia. Hewan
tidak mempunyai bahasa. yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi hanyalah
bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan tidak dinamis. Dikuasai
oleh para hewan itu secara instingsif, atau secara naluriah. Padahal manusia
dalam menguasai bahasa bukanlah secara naluriah, melainkan dengan cara belajar.
2.2 Fungsi Bahasa
Secara
tradisional kalau ditanyakan apakah bahasa itu, akan dijawab bahasa adalah alat
untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, atau juga perasaan. Oleh karena itu , fungsi-fungsi bahasa dilihat
dari sudut penutur, pendengar, topik, dan amanat pembicaraan antara lain:
1.
Bahasa personal atau pribadi berfungsi sebagai menyatakan sikap terhadap
apa yang dituturkannya. Bukan hanya mengungkapkan lewat bahasa melainkan juga
memperlihatkan emosi tersebut sehingga orang dapat menduga apakah si penutur
sedang sedih, marah, atau gembira.
2.
Bahasa direktif berfungsi untuk mengatur tingkah laku. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan kalimat perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.
3.
Bahasa fatik berfungsi untuk menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan
perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial. Uangkapan fatik biasanya disertai
dengan senyuman, gelengan kepala, gerak-gerik tangan, dan kedipan mata.
4.
Bahasa referensial berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran, untuk
menyatakan bagaimana pendapat penutur tentang dunia disekitarnya.
5.
Bahasa imaginatif biasanya berfungsi berupa karya seni (puisi, cerpen,
dongeng, dan lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur, maupun para
pendengar.
membantu dan menambah pengetahuan sekali kak
BalasHapuscara membuat kartu tol