Jumat, 31 Mei 2013

Analisis Hedonisme dalam novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana



1.    Hedonisme
Hedonisme merupakan sebuah teori etika yang paling tua, sederhana, dan kebenda-bendaan. Orang masih banyak yang belum sadar merumuskan filsafat hidup untuk diri mereka sendiri. Menurut aliran ini kesenangan (kenikmatan) merupakan tujuan akhir hidup. Kaum hedonis memilih kata kebahagiaan untuk kesenangan.
Aristippus menyamakan kebahagiaan dengan kesenangan. Menurut dia kesenangan itu berkat gerakan yang lemah gemulai, sedangkan rasa sakit berkat gerakan kasar. Kesenangan intelektual  mungkin lebih tinggi, tetapi kesenangan pancaindera lebih dalam. Kesenangan sesaat yang dinikmati itulah yang dihargai. Sebuah perbuatan disebut baik sejauh menyebabkan kesenangan, memberi kenikmatan. Kebijakan berguna untuk menahan kita jangan jatuh ke dalam nafsu yang keterlaluan, yakni gerakan kasar, jadi tidak menyenangkan.
Menurut Epicurus, tujuan hidup bukan kesenangan yang kuat, melainkan suatu kedamaian. Kesenangan intelektual lebih baik karena lebih tahan lama, tetapi kita tidak merasa cukup tanpa kesenangan-kesenangan inderani. Orang bijaksana mengatur hidupnya sedemikian rupa sehingga dapat mencapai kesenangan-kesenangan dan sedikit kesedihan. Kita harus belajar membatasi keinginan-keinginan yang bisa memuaskan diri. Sesuatu akan baik apabila menambah kesenangan kita dan buruklah yang mengurangi kesenangan.
Kebahagiaan dalam aliran hedonisme seperti kebahagiaan yang dirasakan oleh Saleh. Dia menganggap kebahagiaan itu tidak sama dengan sebuah kesenangan. Menurutnya bahagia itu dapat menurutkan desakan hatinya, mengembangkan tenaga, kecakapan sepenuh-penuhnya, dan sesuatu yang termulia dalam hidupnya. Berikut adalah bukti kebahagiaan menurut Saleh dalam  Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana.
Saleh menganggap kebahagiaan itu lain artinya. Bahagia itu baginya tidak sama dengan hidup yang senang. Baginya yang dinamakan bahagia itu dapat menurunkan desakan hati, dapat mengembangkan tenaga, kecakapan sepenuh-penuhnya, dan menyerahkan kepada yang terasa kepadanya yang terbesar dan termulia dalam hidup ini. (halaman 31)

Kebahagaian juga dirasakan oleh Partadiharja. Dia rela melakukan apa saja asalkan anaknya dapat bersekolah dan mencapai cita-citanya. Partadiharja merasakan bahagia ketika ia melihat anaknya di kemudian hari menjadi orang yang berpangkat tinggi, yang akan mengharumkan namanya. Bukti kutipan tersebut sebagai berikut.
Di mana-mana semua orang tua membanting tulang mengumpulkan uang untuk menyekolahkan anaknya. Segala keperluan di rumah dihematkan. Penghidupan di kecil-kecilkan. Belanja seorang anak lebih besar dari suatu keluarga. Sekalian korban itu dipikul oleh orang tua dengan sabar sebab di dalam hatinnya, ia berharap melihat anaknya di kemudian hari menjadi orang yang berpangkat tinggi, yang akan mengharumkan namanya. (halaman 33)

Selain itu, hedonisme juga dirasakan oleh Tuti. Dia memiliki pandangan mengenai apa itu sebuah kebahagiaan. Menurutnya kebahagiaan merupakan sesuatu pekerjaan yang mudah, pendapat yang besar, harapan yang baik di kemudian hari, pendeknya hidup yang senang. Berikut kutipan tersebut.
Bertentangan itu hanyalah pendapat tentang bahagia tentang arti hidup kita sebagai manusia. Bahagia itu adalah pekerjaan yang mudah, pendapat yang besar, harapan yang baik di kemudian hari, pendeknya hidup yang senang. (halaman 31)

Kesenangan bagi Saleh adalah karena dia tidak senang akan pekerjaan tenang dalam kantor, mengisi daftar hadir, menyalin surat, mengantuk menanti pukul dua. Saleh lebih menyukai pekerjaan yang memang sesuai dan menyenangkan baginya. Saleh juga merupakan seorang yang gembira, tajam pikirannya, dan hidup hatinya. Berikut bukti dialog tersebut.
Ia seorang yang gembira, tajam pikirannya, dan hidup hatinya. Percaya saya bahwa dia tidak senang akan pekerjaan tenang dalam kantor, mengisi daftar ini, menyalin surat, dan mengantuk-ngantuk menanti pukul dua. (halaman 29)

Kebahagian hedonisme juga dirasakan oleh Maria. Menurut Maria kebahagiaan itu datang ketika dia dapat mempertahankan rasa cintanya terhadap kekasihnya. Walau kakaknya mencela cintanya kepada kekasihnya itu, dia tetap terus mempertahankannya. Cinta Maria begitu besar terhadap kekasihnya itu,  bahkan dia rela mati daripada bercerai dengan kekasihnya. Maria juga rela menyerahkan seluruh nasib di tangan kekasihnya itu dan  tidak takut dijadikan seorang sahaya. Berikut kutipan tersebut.
“Saya cinta kepadanya. Biarlah saya mati daripada saya bercerai dari dia. Apa sekalipun hendak saya kerjakan baginya. Saya tidak takut dijadikan sahaya. Saya tahu dia cinta juga kepadaku. Saya percaya kepadanya dan saya tiada sama sekali merasa hina mengatakan cinta saya itu. Saya percaya kepadanya dan hendak menyerahkan seluruh nasib saya di tangannya.” (halaman 86)

Hedonisme juga dialami oleh Tuti selama tinggal bersama Saleh dan Ratna di Sindanglaya. Selama beberapa hari Tuti merasa senang karena memperoleh pengalaman baru yang belum pernah terasa seumur hidupnya. Dia sadar bahwa tempat itu berbeda dengan lingkungan pekerjaan sehari-harinya. Lingkungan kerjanya dikelilingi oleh suara bising dan suasana yang tidak menyenangkan. Berada di Sindanglaya dia mendapat ketenangan hati dan pikiran yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dia melihat alam yang begitu indah, gunung yang hitam padu, di sana-sini ditutup oleh selubung awan putih kekelabu. Hal itu membuat Tuti sadar banyaknya kekurangan penghidupannya yang taat belajar dan gelisah berjuang sebagai perempuan pergerakan selama ini. Berikut kutipan tersebut.
Setiap hari berdamping dengan alam yang seindah dan sedahsyat itu bentuk dan rupanya, selaku mengalirlah sukma alam yang akbar dan suci itu ke dalam kalbunya. Tuti merasa dirinya menjadi manusia baru yang lebih lapang hati dan pikirannya. Sebagai gunung-gunung yang tinggi menghadap langit itu lantang meninjau kesekelilingnya, demikian pulalah mengerti hatinya meninjau kepada penghidupannya sendiri, nampak kepadanya dirinya bergerak dan berjuang bagi yang merasa kepadanya dan selayaknya, tiada melihat ke kiri dan ke kanan, tiada insaf akan tenaga-tenaga yang melindungi dan mengatasi tenaga manusia. (halaman 177)

Yusuf menggambarkan sebuah kebahagiaannya dengan cara mengagumi semua yang ada pada diri Tuti, terutama tentang pemikirannya terhadap perempuan. Bagi Yusuf, Tuti merupakan perempuan yang luar biasa serta pendiriannya yang luar biasa. Sebagai pemuka pergerakan pemuda, Yusuf merasa semua obrolan yang dilakukan dengan Tuti dapat menghidupkan semangatnya dan menyegarkan pikiran serta hatinya.
Sebagai orang yang gembira  hidup dalam perkumpulan, sebagai pemuka pergerakan pemuda, percakapan yang demikian menghidupkan semangatnya, menyegarkan pikiran dan hatinya. Nikmat ia mendengar perempuan yang luar biasa itu memberikan teorinya, menggambarkan cita-citanya yang lahir dari hati kecilnya. Tuti baginya sesungguhnya perempuan yang luar biasa, tetap pendiriannya dalam segala hal. (halaman 69)

Selain itu, Tuti juga memiliki kesenangan terhadap Yusuf. Tuti merasa begitu besar pengaruh Yusuf kepadanya selama berada di Sindanglaya. Tuti bahagia karena bersama Yusuf dia memperoleh pengalaman baru. Pengalaman itu  ketika mereka berjalan-jalan keliling kampung dan mengunjungi tempat yang indah. Mereka selalu berbincang-bincang tentang berbagai soal dan masalah, saling bertukar pikiran tentang hubungan alam dengan manusia, tentang Tuhan dengan dunia, tentang pergerakan perempuan, serta tentang seni dan uang. Tidak jarang perdebatan dan pertengkaran terjadi pada saat mereka bertukar pikiran. Meskipun Tuti tidak seia dengan Yusuf dalam bertukar pikiran, namun Tuti tetap menerima pikiran dan pandangan Yusuf terhadap pergerakan perempuan. Karena itulah  Tuti menaruh perasaan penghargaan dalam hatinya terhadap tunangan adiknya itu. Berikut kutipan tersebut.
“Betapa setimbang pendirian hidupnya, betapa lapang perasaan dan pikirannya untuk menghargai keindahan dan kebenaran dalam berbagai penjelmaan. Dialah yang memperlihatkan kepadanya segala keadaan dan kejadian di dunia dalam perhubungannya yang lebih besar dan mulia. Kepada dialah ia belajar merasakan kenikmatan alam waktu sama-sama berjalan-jalan di tengah-tengah sawah, di kebun-kebun, waktu sama-sama melihat tamasya yang indah di tanah pegunangan yang dahsyat itu.” (halaman 178)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar