Minggu, 11 Januari 2015

ANALISIS PUISI “GEMBALA” KARYA MUHAMMAD YAMIN


ANALISIS PUISI “GEMBALA” KARYA MUHAMMAD YAMIN
Oleh: Edi Susilo


Gembala
Oleh: Muhammad Yamin

Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
           

Puisi yang berjudul Gembala karya Muhammad Yamin tersebut memiliki makna yang sederhana. Penyair hanya ingin menceritakan kehidupan seorang anak yang sedang mengembala kerbaunya. Penyair berusaha menampilkan kesan yang mendalam pada pembaca tentang aktivitas pengembala. Puisi tersebut juga mempunyai rasa. Penyair menujukkan rasa yang ditampilkan hanya sederhana yaitu rasa senang yang ditunjukkan oleh pengembala saat mengembalakan kerbaunya. Rasa senang dan bahagia itu tergambar pada saat pengembala duduk tenang di bawah pohon yang rindang sambil bernyanyi.
Puisi Gembala karya Muhammad Yamin di atas juga menggunakan diksi, bunyi, nada, huruf vokal, majas, dan irama untuk memperindah tiap larik puisi yang dibuat. 
1. Diksi
Diksi yang dipilih penyair tidak terlalu sulit untuk diterjemahkan. Diksi-diksi yang dipilih lumayan sederhana sehingga pembaca tidak kesulitan untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Diksi yang digunakan hanya sederhana, namun diksi-diksi itu merupakan kata yang indah. Puisi Gembala karya Muhammad Yamin menggunakan diksi yang sederhana, contohnya frase ­/tiada berbaju/ yang berarti tidak memakai baju.
Penyair juga lebih memilih kata yang menarik dan romantis, misalnya kata /senja/ yang sama artinya dengan sore ataupun petang. Penyair lebih suka menggunakan kata senja sehinggga bisa dihubungkan atau dikombinasikan dengan kata selanjutnya. Larik dalam puisi Gembala karya Muhammad Yamin yang menggunakan kata /senja/ adalah /pulang ke rumah di senja kala/.
Penyair juga memilih kata indah yang lain dalam puisinya yaitu pada larik /melagukan alam nan molek permai/. Penyair tidak melihat status si pengembala yang hanya pekerjaan biasa, namun oleh penyair dibuat suasana mengembala itu indah dengan cara menampilkan kata-kata yang indah pula. Kata-kata yang dipilih oleh penyair itu akan membuat pembaca bisa ikut merasakan suasana pengembalaan tersebut.
2. Bunyi dan Huruf Vokal
Bunyi dalam puisi berperan sangat penting, karena bunyi menimbulkan efek dan kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan arti, mengintensifkan makna kata dan kalimat, bahkan dapat mendukung penciptaan suasana tertentu dalam puisi. Bunyi yang terdapat pada puisi Gembala karya Muhammad Yamin didominasi bunyi vokal a. Bunyi vokal a hampir terdapat pada semua kata dan baris. Kehadiran bunyi vokal a ini akan memberikan efek yang halus karena bunyi vokal a merupakan bunyi rendah. Larik /seorang saja di tengah padang/ /tiada berbaju buka kepala/ dan /beginilah nasib anak gembala/  ini mempunyai bunyi yang membuat unsur keindahan pada puisi.
Penyair juga menampilkan kombinasi bunyi yang indah, yaitu kombinasi bunyi i dan u yang letaknya berselang-seling dalam kata. Kombinasi itu menimbulkan kesan yang bervariasi dalam pengucapan dan bunyi itu akan mempengaruhi keindahan pada saat puisi itu dibacakan. Kombinasi bunyi itu terdapat pada larik /Jauh sedikit sesayup sampai/.

Sajak yang ditampilkan dalam puisi di atas sangat beragam. Terdapat banyak asonansi dalam puisi tersebut, namun asonansi a lebih mendominasi.  Asonansi a akan sering muncul sehubungan dengan kata yang mengandung bunyi a  /perasaan siapa ta ‘kan nyala/ asonansi a ditimbulkan pada setiap kata yang menyusun baris kutipan larik tersebut. Asonansi a ini akan menimbulkan suasana melemah. Selain asonansi a, ada juga asonansi yang lain, yaitu e dan u. Asonansi itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
Melihat anak berelagu dendang
Maulah aku menurutkan dikau

Selain terdapat asonansi, juga terdapat bunyi yang hampir sama pada kata yang berurutan. Namun, kemiripan bunyi itu membuat puisi menjadi lebih indah. Kata yang berkesinambungan itu seakan-akan membawa dampak keserasian yang indah pada pengucapan.
Jauh sedikit sesayup sampai
...
Persamaan bunyi se- dan sa- yang terdapat dalam kutipan larik di atas merupakan serangkaian sajak awal yang identik.
Puisi Gembala juga terdapat rima akhir yang sama. Hal itu terlihat pada kutipan dibawah ini.
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai

Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau

Kesamaan rima akhir itu merupakan bunyi diftong dalam bahasa Indonesia, yaitu diftong ai dan au. Penambahan bunyi diftong ini memperindah bunyi kata dan mempercantik kejelasan pendengaran penyimak. Selain itu, efek dari bunyi diftong juga memperkuat makna.
3. Nada
Nada dalam membaca puisi akan menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana   penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk. Puisi yang berjudul Gembala karya Muhammad Yamin ini juga akan terasa indah apabila dibaca dengan menggunakan nada yang tepat dan akan membuat pendengar merasakan langsung suasana yang terdapat dalam puisi tersebut.
Penyair menciptakan puisi itu guna menceritakan sekaligus memberitahukan  kepada pembaca tentang kehidupan seorang pengembala. Bagaimana seorang pengembala mengembalakan kerbaunya, bagaimana dia berpakaian, kapan dia pergi, di mana dia mengembala, dan apa saja yang dilakukannya saat mengembala. Dengan memberikan gambaran-gambaran semacam itu, penyair berusaha membagi pengetahuan kepada pembaca tentang kehidupan sisi lain dari seorang pengembala.
Setelah penyair menyampaikan maksudnya lewat rangkaian kata-katanya itu, maka pembaca diharapkan bisa mengambil pelajaran yang positif dari peristiwa tersebut.  Misalnya, setelah membaca itu, pembaca akan meniru kerajinan pengembala yang pergi pagi pulang petang untuk mengembalakan kerbaunya. Mungkin juga pembaca akan meniru keuletan dari si  pengembala yang tahan terhadap cuaca walaupun tanpa baju dan berada di alam bebas. Jadi, dari puisi tersebut, pembaca dapat mengambil banyak pelajaran.
4. Majas
Puisi Gembala karya Muhammad Yamin ini tidak mengandung majas yang berlebihan. Penyair hanya menyisipkan majas metafora untuk memperlembut keadaan.  Hal itu terlihat pada kutipan larik puisi di bawah ini.
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai

kutipan larik /wahai gembala di segara hijau/ pada puisi Gembala karya Muhammad Yamin ini juga menggunakan majas hiperbola. Frase /segara hijau/ dianggap sebagai unsur majas hiperbola karena frase itu seakan-akan melebih-lebihkan makna luas. Frase /segara hijau/ menjelaskan tentang lapangan rumput yang digunakan pengembala untuk mengembalakan kerbaunya, namun oleh penyair lapangan rumput itu digambarkan sangat luas bagaikan lautan.
5. Irama
Irama merupakan gerakan berturut-turut atau turun naik bunyi secara beraturan. Definisi irama seharusnya memperhatikan susunan kata yang dalam bahasa Indonesia terdiri dari dua sampai empat suku kata. Puisi yang berjudul Gembala karya Muhammad Yamin ini menggunakan beberapa jenis irama. Larik kedua, ketiga, keempat, keenam, kedelapan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan kedua belas menggunakan jenis irama molto allegro karena terdiri dari vokal a, i, u, e, dan o. Larik pertama, kelima, ketujuh, ketiga belas, dan keempat belas menggunakan jenis irama allegro karena hanya menggunakan tiga vokal a, i, dan u. Puisi Gembala karya Muhammad Yamin ini tidak menggunakan irama adante yang hanya terdiri dari dua huruf vokal.

2 komentar:

  1. Maksud saya tergolong puisi apa kakak?!!

    BalasHapus
  2. Rima dari.perasaan siapa tidaklah nyala
    Melihat anak berlagu deng
    Seorang anak di tengah padang
    Tengah duduk menunggu serangga.
    Apakah rima dari puisi tersebut?

    BalasHapus