Sabtu, 31 Januari 2015

MENULIS RANGKUMAN



                                                     Menulis Rangkuman 
                                                    Oleh: Edi Susilo, S.Pd.
 
Rangkuman adalah bentuk ringkasan dari suatu bacaan. Merangkum suatu bacaan berarti memendekkan bacaan. Merangkum bacaan sama artinya mengambil inti sari bacaan. Membuat rangkuman dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Membaca bacaan dengan cermat dan teliti
2. Menentukan pokok pikiran atau ide pokok setiap paragraf
3. Menyusun pokok-pokok pikiran itu menjadi inti sari cerita
4. Menyelaraskan dan memperbaiki kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang padu dan layak sebagai rangkuman bacaaan.
Cara untuk menentukan dan mengetahui pokok bacaan secara cepat dan tepat, pembaca terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dasar mengenai penyususnan sebuah paragraf. Pengetahuan tersebut yaitu mengetahui letak kalimat utama. Kalimat utama biasanya terletak pada awal paragraf (deduktif) dan akhir paragraf (induktif).
Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya. Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpancar dalam bentuk pokok-pokoknya saja. Rangkuman sering disebut ringkasan yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian.
Merangkum atau meringkas suatu bacaan bertujuan untuk menguji kemampuan penulis dalam menemukan pokok-pokok permasalahan sebuah tulisan, kemudian menyususn kembali dalam sebuah tulisan yang lebih ringkas. Di dalam membuat suatu rangkuman, penulis langsung bisa mengemukakan suatu uraian atau pembicaraan itu tanpa harus menggunakan kalimat penyambung. Yang dimaksud dengan kalimat penyambung itu adalah menggunakan pernyataan dengan kata-kata.
Pokok-pokok permasalahan dalam suatu tulisan dapat diambil dari kalimat utama dalam setiap paragraf. Kalimat-kalimat utama tersebut selanjutnya dihubung-hubungkan dengan menggunkan konjungsi (penghubung).

Contoh:
                       Sampah Cermin Kedisiplinan Masyarakat
Usaha mempercantik kota telah menjadi program setiap pemerintah daerah setempat dan masyarakat. Kita tentu pernah mengunjungi beberapa kota dengan kesan yang berbeda-beda. Kota-kota itu ada yang tampak bersih, rapi, dan indah. Wajah-wajah kota dipoles dengan tujuan agar tampak lebih cantik, menarik, dan tercipta kesehatan.
Sebaliknya kita juga pernah melihat kondisi kota yang berlawanan. Keadaan kota yang kotor dan tidak menarik, misalnya bungkus dan puntung rokok, sobekan surat kabar berceceran, aneka warna plastik, dan berbagai macam jenis sampah lain berserakan di tanah. Keadaan itu disebabkan oleh anggota masyarakat yang belum memahami akan pentingnya kebersihan.
Beberapa hal lain yang dapat dicontohkan, misalnya para pedagang makanan yang membuang sampah usahanya di sembarang tempat. Di antara pedagang-pedagang itu ada yang membuang air pembersih piring dan mangkuk di tempat-tempat umum. Mereka punada yang meletakkan sampah-sampahnya di tepi jalan. Keadaan kota tersebut tentu akan mengurangi tingkat kesehatan masyarakat.
Masalah sampah sangat erat kaitannya dengan sikap kedisiplinan masyarakat. Beberapa kota besar dan kecil sudah mencoba memelopori cara-cara penanggulangan sampah dengan sistem denda. Siapa saja yang membuang sampah di tempat yang tidak semestinya, akan dikenakan denda. Mereka harus membayar sejumlah uang.
Sistem denda sebenarnya kurang baik, namun realita menyatakan lain. Pemberlakuan sistem denda bagi pelanggar kebersihan ternyata berhasil membebaskan kota dari ancaman sampah. Salah satu contoh yaitu Bangil sebuah kota kecil yang tampak sangat menyenangkan. Kita akan sangat senang bila berada di tengah kota itu karena bersih dan sehat. Kotak-kotak sampah dipasang di tepi-tepi jalan. Tidak ada sedikit pun sampah yang tercecer di tanah. Semua orang yang melewati kota itu secaraspontan ikut menjaga kebersihan kota. Mereka seakan-akan menerima amanat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan bersih tersebut merupakan cermin kedisiplinan masyarakat setempat yang dapat ditiru oleh siapa pun.

Pokok pikiran:
1.  Paragraf pertama adalah usaha mempercantk kota telah menjadi program setiap pemerintah daerah setempaat dan masyarakat.
2.  Paragraf kedua adalah keadaan itu disebabkan oleh anggota masyarakat yang belum memahami akan pentingnya kebersihan
3.  Paragraf ketiga adalah keadaan kota tersebut tentu akan mengurangi tingkat kesehatan masyarakat.
4.  Paragraf keempat adalah masalah sampah sangat erat kaitannya dengan sikap kedisiplinan masyarakat.
5.  Paragraf kelima adalah lingkungan bersih tersebut merupakan cermin kedisiplinan masyarakat setempat yang dapat ditiru oleh siapa pun.

Rangkuman: Usaha mempercantk kota telah menjadi program setiap pemerintah daerah setempaat dan masyarakat. Keadaan kota yang kotor disebabkan oleh anggota masyarakat yang belum memahami akan pentingnya kebersihan, hal ini tentu akan mengurangi tingkat kesehatan masyarakat. Masalah sampah sangat erat kaitannya dengan sikap kedisiplinan masyarakat. Lingkungan bersih tersebut merupakan cermin kedisiplinan masyarakat setempat yang dapat ditiru oleh siapa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar