Sabtu, 31 Januari 2015

UNSUR INTRINSIK NOVEL



                                Menganalisis Unsur Intrinsik Novel Remaja
                                                Oleh: Edi Susilo, S.Pd.

Novel merupakan cerita rekaan atau cerita yang direka-reka, dibuat ada, direkayasa. Untuk itulah diciptakan tokoh dan diberi watak agar tokoh tersebut seolah-olah ada. Watak tersebut dapat dilukiskan pengarangnya secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung artinya pengarang melukiskan watak tokoh dengan pernyataan-pernyataan pengarang secara langsung.
Misalnya:   Boneta gadis yang baik dan rajin. Setiap hari kulihat dia selalu menimba air untuk ibunya, menyapu halaman rumahnya kemudian baru berangkat sekolah. Kebaikan hatinya pernah kurasakan ketika pada suatu hari sepedaku rusak, ia datang ke rumahku menawariku agar mau diboncengkannya.

Secara tak langsung artinya pengarang melukiskan watak tokohnya dengan percakapan atau dialog-dialog pelakunya. Dari percakapan antara pelaku-pelaku tersebut, pembaca dapat menaksirkan watak tokoh tersebut.
Misalnya: “Aku benar-benar kesal dengan Fuad. Selalu saja tak pernah tepat waktu!”
kata  Regar.
“Sudahlah, sabar ... tunggu saja, pasti datang! Kata Tomas sambil membaca
buku.
“Walau suka datang terlambat, tapi dia kan jago matematika,” kata Tomas
kembali.
“Yah, begitulah sang juara itu!” Tapi dia harus belajar menepati janji
dong!” kata Regar.

Berdasarkan kedua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa watak Boneta adalah baik dan rajin. Hal ini dinyatakan langsung oleh pengarangnya. Watak Fuad adalah tidak pernah menepati janji walaupun pandai. Hal ini diketahui pembaca dari percakapan pelaku-pelakunya.
1. Penokohan
Seorang tokoh dalam cerita mempunyai watak atau karakter. Tokoh atau pelaku menjadi pemegang peranan atau peran utama dalam karya satra. Manusia, binatang, atau tumbuhan juga bisa menjadi tokoh cerita.
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan watak dan bentuk fisik pelaku di dalam karyanya. Pengarang dapat menggambarkan pelaku baik secara langsung maupun tidak langsung. Dilihat dari watak atau karakternya, tokoh dibedakan sebagai berikut.
a.  Tokoh protagonis adalah pelaku yang mempunyai watak yang baik benar, dan tidak jahat. Tokoh protagonis disebut juga tokoh putih. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran, kejujuran, atau pendek kata tokoh yang memiliki sifat-sifat yang baik.
b.  Tokoh antagonis adalah pelaku yang menimbulkan konflik atau permasalahan di dalam cerita. Tokoh antagonis disebut juga tokoh hitam karena memiliki watak yang jahat. tokoh antagonis adalah tokoh yang justru melawan kebenaran, kejujuran
Dilihat dari kepentingan pengarang, tokoh dibedakan sebagai berikut.
a.  Tokoh utama adalah pelaku yang mempunyai peranan yang sangat utama atau penting dalam cerita. Pelaku ini selalu hadir dalam setiap kejadian atau peristiwa dalam cerita.
b.  Tokoh pembantu adalah pelaku yang membantu pelaku utama dalam rangkaian cerita.
Pengarang dapat menampilkan sifat atau karakter tokoh dalam cerita melalui berbagai cara seperti di bawah ini.
a.  Penggambaran bentuk lahir tokoh
Pengarang menggambarkan karakter tokoh dari segi lahiriah. Ciri-cirinya meliputi keadaan fisik atau bentuk tubuh, tingkah laku, cara berpakaian, serta apa yang dikenakan atau apa yang dibawanya.
b.  Penggambaran jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.
Pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui jalan pikiran atau perasaan tokoh tersebut.
c.  Penggambaran reaksi tokoh terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Penggambaran ini merupakan paparan tentang cara tokoh menanggapi suatu masalah atau peristiwa yang terjadi.
d.  Penggambaran keadaan sekitar tokoh.
Penggambaran ini merupakan paparan tentang lingkungan atau tokoh lain yang berhubungan erat dengan tokoh.
2. Latar
Latar atau setting merupakan rujukan atau keterangan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita atau karya sastra. Berikur ini jenis latar dalam karya sastra.
a.  Latar waktu berkaitan dengan waktu, seperti pagi hari, siang hari, malam hari, jam, atau periode sejarah.
b.  Latar tempat berkaitan dengan tempat, seperti desa, kota, laut, dan rumah.
c.  Latar suasana berkaitan dengan situasi atau suasana yang melatari peristiwa dalam cerita, seperti suasana sedih, suasana gembira, suasana takut, peperangan, dan menegangka.
                 3. Alur
Karya novel dibangun oleh beberapa unsur intrinsik. Unsur intrinsik tersebut, antara lain alur cerita, pelaku/penokohan, dan latar kejadian atau peristiwa. Alur merupakan urutan kejadian dalam cerita novel. Alur terbagi dalam tiga jenis, yaitu.
1.  Alur maju (progresif), yaitu urutan kejadian mengarah ke masa depan.
2.  Alur mundur (regresif/flash back), yaitu urutan kejadian mengarah ke masa lalu.
3.  Alur campuran, yaitu alur/urutan kejadian yang merupakan gabungan dua macam alur di atas. Ada alur maju dan ada alur mundur.
Alur adalah keseluruhan jalinan peristiwa yang membentuk satu kesatuan sebab akibat yang disebut cerita.
Alur dibagi atas beberapa jenis seperti berikut.
a.  Alur maju
Bagian alur disajikan secara berurutan dari tahap perkenalan atau pengantar, dilanjutkan dengan tahap penampilan masalah dan diakhiri dengan tahap penyelesaian.
b.  Alur mundur
Alur ini disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian, disusul dengan tahap-tahap lain yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang mendahului.
c.  Alur campuran
Alur ini merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Maksudnya, susunan penyajian urutan peristiwa diawali dengan puncak ketegangan, dilanjutkan dengan perkenalan, dan diakhiri dengan penyelesaian.
Contohnya dalam suatu cerita dikisahkan seorang tokoh yang menceritakan kehidupan yang dialaminya pada saat ini. Dia lalu menceritakan masa kecilnya.
Alur dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut.
a.  Tahap penyituasian
Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
b.  Tahap pemunculan konflik
Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik itu sendiri akan berkembang menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
c.  Tahap peningkatan konflik
Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangkan.
d.  Tahap klimaks
Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
e.  Tahap penyelesaian
Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian. Ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik tambahan juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini dapat diakhiri dengan kebahagiaan atau kesedihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar