Minggu, 11 Januari 2015

Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)





Rencana dan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK)

Merencanakan
suatu kegiatan merupakan aktivitas sehari-hari bagi setiap orang yang hidup
secara teratur. Rencana merupakan satu kebutuhan pokok dalam melaksanakan
setiap kegiatan. Mekipun membuat rencana, seperti membuat rencana pembelajaran
(RP) merupakan kegiatan rutin, namun ada kalanya rencana harus dibuat secar
khusus, lebih-lebih jika ada keperluan (kebutuhan) khusus untuk melakukan satu
kegiatan. Misalnya, Anda ingin memecahkan masalah yang Anda hadapi dengan cara
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), atau sekolah ingin menyelenggarakan
satu kegiatan karyawisata pada tahun ajaran.
Kegiatan
belajar 1 ini mengajak Anda mengkaji berbagai langkah yang perlu dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas, khususnya yang berkaitan dengan rencana dan
pelaksanaan. Oleh keena itu, setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda
diharapkan dapat menjelaskan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pemahaman akan
langkah-langkah ini akan sangat membantu Anda dalam menyusun rencana dan
melaksanakan PTK itu sendiri.
Dalam
Modul 1 telah Anda pelajari bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian
berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan,
mengamati, dan melakukan refleki seperti yang tampak pada gambar 2.1. Hasil
refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi
rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek
atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah
sklus ini berlangsung selama beberapa kali, barangkali perbikan yang diinginkan
sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan
sudah berakhir, namun biasanya akan muncul kembali masalah atau keriasauan dari
guru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti daur PTK. Jika guru
melakukan hal ini, berarti guru sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya
secara sistematis.
Gambar 2.1
Tahap-tahap dalam PTK:





1. Merencanakan

2. Refleksi

3. Melakukan
Tidakan

4. Mengamati
 






                                                                                                                        
Langkah
merencanakan merupakan langkah
pertama dalam setiap kegiatan. Tanpa rencana; kegiatan yang akan kita lakukan
tidak akan terarah atau sering disebut “ngawur” atau sembarangan. Rencana akan
menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang keduanya merupakan realisasi dari
rencana yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan
yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar tindakan yang kita
lakukan dapat kita ketahui kualitasnya (misalnya apakah sudah sesuai dengan
rencana), kita perlu melakukan pengamatan.
Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal
yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang kita
inginkan. Jika pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung, maka refleksi sebagai langkah keempat, kita
lakukan setelah tindakan berakhir. Kita akan mencoba melihat/merenungkan
kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar
siswa. Yang lebih penting pula kita akan merenungkan alasan kita melakukan satu
tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara ini kita akan dapat mengenal
kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan.
Keempat
tahap di atas merupakan satu siklus atau daur, oleh karena itu setiap tahap
akan berulang kembali. setiap tahap dapat terdiri dari atau didahului oleh
beberapa langkah, misalkan langkah merencanakan didahului oleh beberapa
langkah, misalnya langkah merencanakan didahului oleh munculnya masalah yang
diidentifikasi oleh guru. Dalam kegiatan belajar ini kita akan mengkaji dua
tahap, yaitu merencanakan dan melakukan tindakan dengan empat langkah utama,
yaitu:
1.       
Mengidentifikasi
masalah,
2.       
Menganalisis dan
merumuskan masalah,
3.       
Merencanakan PTK, serta
4.       
Melaksanakan PTK.
Keempat
langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus
dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua dilaksanakan, demikian
seterusnya. Langkah pertama dan kedua merupakan langkah awal dari merencanakan
perbaikan, sedangkan langkah ketiga merupakan prasyarat untuk langkah keempat.
Mari kita bahas langkah tersebut satu persatu. Bersiaplah untuk menggali
pengalaman Anda sendiri untuk digunakan sebagai contoh.

A. Mengidentifikasi
Masalah
 Suatu rencana PTK diawali dengan adanya
masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah
satu karakteristik PTK yang telah Anda pelajari pada Modul 1, yaitu masalah
berasal dari orang yang terlibat dalam praktek, dalam hal ini guru sebagai
pengelola pembelajaran ini. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di
kelas, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar
siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang secara terus-menerus membuat
kesalahan yang sama, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa
menurun drastis. Anda dapat mencari contoh lain dari pengalaman Anda sendiri.
Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu
merenungkan atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin
jelas. Hopkins (1993) menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk
mengidentifikasi masalah, oleh kerena itu, guru tidak harus mulai dnegan
masalah. Guru bisa mulai dengan gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian
mencoba memfokuskan gagasan tersebut.
Dari
uraian tersebut di atas barangkali dapat Anda cermati bahwa munculnya masalah
memang pertama kali dirasakan oleh guru sebagai suatu yang masih kabur, namun
guru memang menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Tidak semua guru
mampu merasakan adalanya masalah, meskipun tidak mustahil semua guru mempunyai
masalah yang berkaitan dengan praktek pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan
mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun dia sendiri merasa
bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang memerlukan perbaikan segera.
Dampak dari sikap seperti ini sangat jelas yaitu menurunkan kualitas
pembelajaran, Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang
guru dituntut jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya
sebagai bagian penting dari dunianya. Berbekalkan kejujuran dan kesabaran
tersenut, untuk mengidentifikasi masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan
berikut kepada diri sendiri.
1.       
Apa yang sedang terjadi
di kelas saya?
2.       
Masalah apa yang
ditimbulkan oleh masalah itu?
3.       
Apa pengaru masalah
tersebut bagi kelas saya?
4.       
Apa yang akan terjadi
jika masalah tersebut saya biarkan?
5.       
Apa yang dapat saya
lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada.
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut guru perlu merenungkan atau melakukan refleksi
tentang apa yang terjadi di dalam kelas. Refleksi akan efektif apabila guru
mempunyai pemahaman/kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur
terhadap diri sendiri. Jika telah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada
kesimpulan bahwa ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, berarti
dia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.
Langkah-langkah
diatas kembali mengingatkan kita akan karakteristik PTK, yaitu masalah besar
dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, dan bukan berasal
dari orang luar. Namun, ada kalanya guru, perlu dibantu untuk mengidentifikasi
masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh kepala sekolah, pengawas, atau
dosen LPTK yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun, sekali lagi perlu
ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini dalah guru, bukan mitra kolaborasi,
dan hubungan antara pengawas, kepala sekolah, atau mitrakolaborasi adalah
sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan atau bawahan. Oleh karena itu, jika
dosen LPTK berkolaborasi dengan guru dalam merancang PTK, hendaknya dihindari
kiat-kiat yang mengiringpara guru untuk memunculkan masalah yang diinginkan
oleh dosen LPTK.
B. Menganalisis dan
Meruuskan Masalah
Setelah
masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat meruuskan
malasah dengan jelas. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita
identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi, dan dapat pula dengan megkaji
ulang beberapa dokumenseperti pekerjaan siswa, daftar hair, daftar nilai atau
bahkan mungkin bahan pembelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung dari
sebuah masalah yang kita identifikasi. Misalnya, masalah yang kita identifikasi
adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang perlu kita analisis
adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respon
siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi,
sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita.



Untuk
menganalisis masalah ini, Ibu Tuti perlu melakukan hal berikut.
1.       
Menganalisis daftar
hdir siswa, kemudian menyimpulkan berapa % rata-rata kehadiran siswa dalam satu
bulan. Di samping itu perlu pula dianalisis, apakah yang absen hanya siswa
tertentu atau hampir semua pernah absen , dan apa alasannya.
2.       
Menganalisis daftar
hadir nilai siswa, kemudian mengaitkan frekuensi ketidakhadiran siswa dangan
nilainya.
3.       
Menganalisis tugas yang
diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, apakah tugas dan
bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan.
4.       
Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap
pekerjaan siswa. Apakah balikan tersebut membuat frustasi atau mendorong siswa
untuk memperbaiki pekerjaannya.
5.       
Melakukan refleksi
terhadap perilaku mengajar Ibu Tuti. Seyogyanya Ibu Tuti secara jujur
merenungkan kembali kebiasaannya di dalam kelas. Apakah dia sering marah-marah,
bersikap tidak simpatik, atau sebaliknya.
Dari hasil analisis di atas, Ibu Tuti
dapat mempertajam masalah yang dihadapi serta menetapkan masalah mana yang yang
aling mendesak untuk dibenahi dan memerlukan penelitian khusus. Misalnya, dari
hasil analisis tersebut Ibu Tuti menemukan bahwa hanya satu siswa tertentu
(sekitar 20 orang dari 35 siswa) yang sering absen, dan ternyata memang siswa
yang sering tidak hadir nilainya rendah. Dari analisis tugas, bahan ajar, dan
balikan, Ibu Tuti menemukan bahwa tugas yang diberikan yang diambil dari buku
paket memang membosankan karena hanya menuntut siswa untuk menghafal, tanpa
pernah meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas
dalam bahasa tulis. Balikan yang diberikan oleh Ibu Tuti pada tugas-tugs
tersebut, ternyata hanya dua kata yaitu cukup dan kurang. Dari reflekasi yang
dilakukan, Ibu Tuti merasa sikap biasa-biasa saja, hanya dia merasa jarang
memberikan penguatan. Ia lebih banyak menegur siswa yang kurang berhasil
daripada memuji siswa yang berhasil.
Dari uraian di atas dapat Anda
simak bahwa begitu banyak masalah yang ditemukan Ibu Tuti yang dianggapnya
menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. D saming
masalah yang sudah dianalisis, Ibu Tuti juga memperkirakan bahwa Ebtanas Bahasa
Indonesia juga tidak mendorong siswa 
untuk belajar lebih baik. Namun, ia kemudian berkesimpulan bahwa ia
harus memilih masalah yang dapat ia atasi sendiri. Ia kemudian memutuskan bahwa
ia akan memfokuskan usahanya pada perbaikan tugas dan bahan ajar yang ia
gunakan. Berkaitan dengan hal ini, Ibu Tuti dapat merumuskan masalah sebagai
berikut. Tugas dan bahan ajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
Sebagaimana yang Anda simak dalam
rumusan masalah di atas, sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabannya
melalui penelitian, dalam hal ini penelitian tindakan kelas (PTK). Masalah yang
dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya
pada masalah yang mungkin dapat ia tanggulangi dan yang memang memerlukan
prioritas untuk ditangani. Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci
secara operasional agar renana perbaikannya dapat lebih terarah. Mialnya,
masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan
motivasi siswa dapat dijabarkan sebagai berikut.
1.       
Bagaimana frekuensi
pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa.
2.       
Bagaimana bentuk dan
materi tugas yang memotivasi.
3.       
Bagaimana syarat bahan
belajar yang menarik.
4.       
Bagaimana kaitan materi
bahan belajar dengan tugas yang diberikan.
 Dengan terumuskannya masalah secara
operasional, Anda sudah mulai membuat rencana perbaikan atau rencana PTK. Mari
kita kaji rencana tersebut lebih kanjut.
C. Merencanakan
Perbaikan
Berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan, guru perlu membuat rencana tindakan atau yang sering disebut
rencana perbaikan. Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah sebagai
berikut.
1.       
Rumuskan cara perbaikan
akan ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru
tentang cara yang terbaik untuk mengatsi masalah. Dugaan atau hipotesis ini
dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah
dilakukan dalam maslah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan
pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian
tersebut, guru menyusun sebagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu
mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan
(perbaikan) serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya, dengan mempertimbangkan
hasil kajian, guru memilih alternatif yang dianggap paling layak.
Dari hasil kajian yang dilakukan,
Ibu Tuti membuat beberapa alternatif berikut.
a.        
Tugas akan lebih
berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali.
b.       
Bentuk tugas yang
bervriasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya.
c.        
Tugas akan cukup
menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau diambil dari buku
pelajaran yang dimiliki siswa.
d.       
Bahan belajar bahasa
Indonesia akan cukup menarik jika sesuai dengan perkembangan siswa, disajikan
dengan berbagai variasi, menuntut siswa untuk berpikir, serta menyajikan wacana
yang temanya akrab dengan lingkungan siswa.
e.        
Tugas yang diberikan
akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar.
Cocokkan hipotesis yang Anda buat
dengan alternatif di atas, dan kemudian pilih alternatif yang paling layak
untuk setiap masalah.
2.    Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan
Setelah
menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini perlu dikaji
kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan  pelaksanaannya. Dengan perkataan lain, guru
harus bertanya, mungkinkah rencana tindakan tersebut dilaksanakan. Hal ini
terutama dikaitkan dengan hal-hal berikut.
a.        
Kemampuan dan komitmen
guru sebagai aktor pelaksana karena pelaksana PTK memang harus tumbuh dari
keinginan guru sendiri. Guru harus bertanya pada diri sendiri apakah ia cukup
mampu melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah dia cukup tangguh
untuk menyelesaikannya.
b.        
Kemampuan dan kondisi
fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut; misalnya bial diputuskan untuk
memberi tugas setiap minggu, apakah siswa cukup mampu menyeleaikannya. Apakah
malah membuat siswa menjadi bosan.
c.        
Ketersediaan
sarana/fasilitas yang diperlukan. Apakah sarana/fasilitas  yang diperlukan dalam perbaikan dapat
diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru sendiri.
d.       
Iklim belajar dan iklim
kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru,
siswa, dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan
akedemik, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan sersonil sekolah
dalam menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini, guru perlu mempertimbangkan
apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat dukungan dari kepala sekolah
dan personil lain di sekolah.
Selain
faktir-faktor di atas, guru juga harus menganalisis sekali lagi hasil yang
diperkirakan akan diperoleh dari tindakan tersebut. Dengan melakukan berbagai
kajian tersebut diharapkan hipotesis tindakan yang dipilih memang benar-benar
merupakan hipotesis yang paling layak.
D. Melaksanakan PTK
   Setelah
meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah cukup layak,
kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan. Langkah ini kita
sebut sebagai persiapan pelaksanaan, yang sebenarnya dapat merupakan bagian
dari perencanaan, tetapi dapat pula kita tempatkan sebagai bagian awal dari
pelaksanaan. Setelah persiapan ini mantap, barulah kita mulai dengan
pelaksanaannya di kelas. Mari kita kaji kedua tahap ini dengan cermat.
1.       
Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu
kita siapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kita.
a.        
Membuat rencana
pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario
mencakup langkah-langkah yang dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
atau perbaikan. Terkait dengan rencana pembelajaran, guru tentu perlu
menyiapkan berbagai bahan seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai
dengan hipotesis yang dipilih, alat peraga atau buku-buku yang relevan.
b.       
Menyiapkan fasilitas
atau sarana pendukung yang diperlukan, misalanya gambar-gambar, meja tempat
mengumpulkan tugas, atau sarana yang terkait.
c.        
Menyiapkan cara merekam
dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dala
hal ini, guru harus menetapkan yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya,
dan kemudian mencari bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal
ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan. Misalnya, sikap siswa ketika
diberi tugas, persentase siswa yang mengumpul tugas tepat waktu, ualitas
penyelesaian tugas siswa, persentase kehahadiran siswa, serta nilai siswa dalam
tes formatif. Jika Indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara
merekam dan menganalisis data.
d.       
Jika perlu, untuk
menetapkan kenyakinan diri, guru perlu menyimulasikan pelaksanaan tindakan.
Dalam hal ini,guru dapat bekerja sama dengan teman sejawat atau berkolaborasi
dengan dosen LPTK.
Setelah menyimak butir a, b, c, d
cobalah Anda rancang cara merekam dan menganalisis data dari proses dan hasil
perbaikan yang dirancang oleh Ibu Tuti dalam contoh di atas. Diskusikan hasil
rancangan Anda dengan teman sejawat atau dengan tutor.
2.       
Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini
tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang sebenarnya. Agar
pelaksanaan ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan
beberapa prinsip, yang oleh Hopkins (1993) disebut sebagai keriteria PTK yang
dilakukan oleh guru. Cobalah Anda simak kriteria dengan cermat, dan bandingkan
dengan berbagai prinsip yang sudah Anda kuasai.
a.        
Pekerjaan utama guru
adalah mengajar. Oleh karena itu, metodologi yang sedang dilaksanakan tidak
boleh mengganggu komitmenguru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh
guru mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakan. Dengan
perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang
untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai
peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi
nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya
mengorbankan siswa.
b.       
Cara pengumpulan atau
perekaman jangan sampai terlalu menyita waktu guru, sehingga guru sampai
kehabisan nafas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi
dan interpretasi, dan pengumpulan pengumpulan data yang paling baik adalah
guru. Namun, jika kegiatan ini menyita waktu guru terlampau banyak, kosentrasi
guru dalam mengajar akan terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat
memanfaatkan alat perekam seperti tape-recorder
atau minta bantuan teman sejawat.
c.        
Metodologi yang
diterapkan haruslah reliabel atau handal. sehingga memungkinkan guru
mengembangkan strategi pembelajara yang sesuai dengan situasi kelas. Dalam
kaitan ini perlu diingat bahwa PTK berorientasi praktis dan merupakan
penelitian skala kecil untuk memperbaiki praktek individu.
d.       
Masalah yang ditangani
guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru sebagaimana yang sudah pernah
diulas di depan.
e.        
Sebagai peneliti, guru
harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan
tugas-tugasnya. Misalnya menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana
tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika
selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkanmelakukan sesuatu di luar kebiasaan
rutin.
f.        
Akhirnya, seperti yang
sudah pernah disinggung pada modul 1, PTK harus mendapat dukungan dari seluruh
personil sekolah. Artinya, semua personil sekolah harus punya persepsi yang
benar tentang PTK, dan apa yang ingin dicapai melalui PTK.
Di samping kriteria di atas, perlu
Anda perhatikan bahwa dalam pelaksanaan PTK, observasi dan interpretasi
terhadap proses dan hasil tindakan berlangsung secara bersamaan. Ini berarti
guru sebagai aktor PTK harus mampu melakukan observasi dan interpretasi secara
cepat sehingga penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika perlu. Ini sesuai
dengan kriteria pertama dari Hopkins yang menuntut guru memegang komitmennya
sebagai pengajar, tanpa terganggu oleh metodologi penelitian yang sedang
diterapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar