Minggu, 11 Januari 2015

Obsevasi, Analisis Data, Tindak Lanjut, dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Obsevasi, Analisis Data, Tindak Lanjut, dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Langkah-langkah yang diuraikan dalam Kegiatan Belajar (KB) ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dengan langkah-langkah yang telah Anda kaji dalam KB 1. Oleh karena itu, kegiatan pengkajian dalam KB 2 ini akan selalu dikaitkan dengan KB 1. Pengkajian yang terdiri dari observasi atau pengamatan dan interpretasi, analisis data termasuk refleksi, tindak lanjut, serta laporan akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu kesatuan yang utuh. Pemahaman ini kan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK, yang akan ditugaskan pada modul-modul berikutnya.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan dan merinci kaidah-kaidah dalam melakukan pengamatan/interpretasi, analisis data, refleksi, serta mampu merincilan langkah-langkah dalam merencanakan tindak lanjut dan menyusun laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin. Sama halnya dengan KB 1, dalam kegiatan ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, meskipun ruang lingkup kajian ini masih dalam tingkat pemahaman, belum sampai kepenerapan.
A. Observasi dan Interpretasi
 Dalam KB 1 sudah ditekankan bahwa pelaksanaan tindakan disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatan pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung simultan. Artinya, data yang diamati tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekadar direkam. Misalnya, jika guru memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya jenis pujianm yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak ini dapat diinterpretasikan dari sikap dan partisipasi siswa dalam pembelajaran setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai aktor utama dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitennya sebagai pengajar tidak terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika ternyata pujian yang diberikan membuat siswa bersemangat, guru akan meneruskan pujian ini, namun apabila pujian ini membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru akan mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada hasil rekamannya. Misalnya, sebagaimana yang dirujuk oleh Raka Joni (ed.), 1998, pengamatan ala Flanders yang hanya merekam data dalam tiga kategori yaitu: pembicaraan guru, pembicaraan siswa, dan sepi (tanpa pembicaraan), tidak memerlukan interpretasi padasaat rekaman dilakukan. Inilah yang dinamakan low-inference observation, sedangkan pengamatan yang mempersyaratkan interpretasi atau penafsiran ketika merekam data disebut sebagai high-inference observation.
Selanjutnya, dalam langkah persiapan pelaksanaan disebutkan bahwa salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus direkam dan bagaimana merekamnya harus ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk merekam dan mengumpulkan data adalah dengan observasi atau pengamatan. Sesuai dengan hakikat PTK dan mengacu kepada peran guru sebagai aktor utama dalam PTK, idealnya observasi tersebut dilakukan oleh guru itu sendiri. Namun, jika observasi atau perekaman data dalam mengajar terlalu menyita waktu guru dan menyebabkan konsentrasi guru dalam mengajar tergangu, maka guru dapat menggunakan bantuan alat perekam atau meminta teman sejawat untuk membantu mengumpulkan data melalui observasi.
Agar kajian kita menjadi lebih sistematis, mari kita bahas observasi ini dari berbagai aspek, mulai dari prinsip dan jenis-jenisnya, tujuannya, serta prosedurnya.
1)        Prinsip dan Jenis Observasi
Secara sederhana, observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, penggunaan istilah observasi dan pengamatan sering dipertukarkan. Khusus dalam konteks PTK, observasi mempunyai makna yang sangat khas, yang membedakannya dari observasi dalam penelitian formal. Berkaitan dengan ini, observasi yang baik mempunyai prinsip dasar atau karakteristik yang harus diperhatikan, baik oleh pengamat maupun yang diamati. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yang secara singkat dapat dideskripsikan sebagai berikut ini.
a.         Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara pengamat dan yang diamati, dalam hal ini antara teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan diamati, pelajaran yang akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada siswa, dan dimana pengamat akan duduk.
b.        Fokus
Fokus pengamatan mungkin sangat luas atau umum, tetapi dapat pula angat khusus atau spesifik. Fokus yang luas akan menyebabkan pengamat lebih banyak mengandalkan pertimbangan yang bersifat subjektif dalam menafsirkan data, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi guru yang diamati, kecuali jika berbagai hal telah disepakati sebelumnya. Sebaliknya, fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan profesional guru.
c.         Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya. Misalnya, guru menargetkan akan melibatkan minimal 30 orang dari 35 orang siswanya dalam diskusi kelas. Dengan kriteria seperti ini, pengamat dapatmerekam data yang memang relevan. Atau, sebelum pengamatan, pengamat dan guru menyetujui bahwa pengamat akan merekam kebermaknaan respons siswa dengan cara mencatat kemunculannya dan memberi komentar.
d.        Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal tiga keterampilan, yaitu (1) dapat menahan diri untuk tidak cepat memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang menakutkan guru atau siswa: dan  (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan perstiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu.
e.         Balikan (Feedback)
Hasil observasi dapat memanfaatkan jika ada balikan yang tepat, yang disajikan dengan meperhatikan hal-hal berikut.
1)      Diberikan segera setelah pengamatan, dalam bentuk diskusi.
2)      Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.
3)      Data diinterpretasikan sesuai denga kriteria yang sudah disepakati sebelumnya.
4)      Guru yang diamati diberi kesempatan pertama untuk menafsirkan data.
5)      Diskusi mengarah kepada perkembangan strategi untuk membangun apa yang tela dipelajari.
Setelah membaca kelima perinsip tersebut, coba vari contoh-contoh yang mencerminkan penerapan setiap prinsip. Diskusikan contoh yang Anda temukan dengan teman sejawat.
Setelah mendiskusikan contoh-contoh penerapan yang Anda temukan, kini mari kita lanjutkan dengan jenis-jenis observasi. Dilihat dari cara melakukannya, observasinya dapat dibedakan sebagai berikut.
a.         Observasi Terbuka
Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekap pelajaran yang diamati. Dia dapat menggunakan teknik-teknik tertentu untuk merekam jalannya perbaikan sehingga dapat mengkonstruksi pelajaran yang berlangsung. Jika Anda dikunjungi oleh pengawas dan pengawas  mengamati Anda mengajar, apakah ada lembaran observasi yang digunakan? Jika tidak, maka pengamatan yang dilakukan oelh pengawas terhadap kelas Anda dapat dikategorikan sebagai observasi terbuka. Pengawas mengamati kelas Anda kemudian membuat catatan pada kertas kosong tentang jalan pelajaran yang berlangsung.
b.        Observasi Berfokus
Berbeda halnya dengan observsi terbuka, observasi berfokus ecara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang diajukan guru. Tentu semua fokus ini telah disepakatisebelum berlangsungnya observasi.
c.         Observasi Terstruktur
Jika observasi terbuka hanya menggunakan kertas kosong sebagai alat perekam data, observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan terpakai, sehinga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda  ( √ ) pada tempat yang disediakan. Misalnya, yang direkam adalah frekuensi penguatan yang diberikan, atau jumlah pertanyaan yang diajukan, atau jumlah siswa yang menjawab secara sukarela, atau jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan. Pengamat hanya tingal memberi tanda ( V ) setiap kali peristiwa itu muncul.
d.        Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih terinci dari observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal. Contoh lain yang sudah dikenal amat luas adalah kategori pengamatan dari Flanders yang membagi data pengamatan menjadi tiga kategori, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan siswa, sepi atau senyap.
Setelah mengerjakan tugas tersebut, Anda tentu telah dapat menentukan kapan setiap observasi digunakan. Dengan demikian, Anda akan dapat menentukan jenis observasi yang akan Anda gunakan jika Anda memerlukan observasi untuk mengumpulkan data dari pembelajaran yang Anda kelola. Semua jenis observasi mempunyai peluang untuk dipilih sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan.
2)   Tujuan/Sasaran Observasi 
Secara umum, observasi bertujuan untuk mengumpulkan datayang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam penelitian formal observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel (sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian atau oenguji hipotesis. Dalam PTK, observasi terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan.
3)    Prosedur Observasi
Pertemuan  Perencanaan
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah observasi terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahulian, onservasi dan diskusi balikan. Ketiga tahap ini sering disebut sebagai siklus pengamatan, yang populer dipakai dalam supervisi klinik, baik dalam membimbing calon guru maupun dalam memberikan bantuan profesional bagi guru yang sudah bertugas. Siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut.


Pertemuan  Balikan
Pengamatan
 



Mari kita kaji langkah-langkah tersebut satu persatu.
a.         Pertemuan Pendahuluan
Pertemuan pendahuluan  yang sering disebut sebagai pertemuan perencanaan dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati dan observasi yang akan dilakukan, sebagaimana yang telah Anda kaji pada prinsip pertama observasi. Langkah-langkah dan konteks pembelajaran, fokus observasi, kriteria observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan sebagainya dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini. Fokus observasi miasalnya siswa yang memberi respons secara sukarela, siswa yang mendapat penguatan, atau jenis pertanyaan yang diajkan oleh guru, sedangkan contoh kriteria observasi adalah: peningkatan sumber belajar yang dipakai siswa, peningkatan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa; peningkatan rasa puas pada diri siswa, dan peningkatan jumlah siswa yang menjawab dengan benar.
b.        Pelaksanaan Observasi
Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pendahuluan, observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Pengamat merekam dan menginterpretasikan data sesuai dengan kesempakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung berlangsungnya proses perbaikan.
c.         Diskusi Balikan
Sesuai dengan prinsip pemberian balikan, pertemuan balikan dilakukan segera setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Makin cepat pertemuan ini dilakukan makin baik, dan sebaiknya diusahakan agar pertemuan ini tidak ditunda lebih dari 24 jam. Dalam pertemuan ini, guru dan pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan selama pengamatan, mendiskusikan/ menginterpretasikan informasi tersebut, seta mengambil tindakan lanjut jika diperlukan.
Dengan menyimak contoh di atas, Anda akan dapat membayangkan situasi observasi dan hubungan antara guru dan pengamat. Agar ketiga tahap observasi ini dapat berlangsung secara efektif, Anda perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut, yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993). Pertama, hubungan antara guru dan pengamat haruslah didasari rasa saling percaya, sehingga pengamatan dapat berlangsung dalam iklim yang mneyenangkan dan saling mambantu. Kedua, fokus kegiatan pengamatan haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong keberhasilan strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik terhadap kepribadian/perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga, proses didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data observasi, bukan pada keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi. Keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentang pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu membuat hipotesis yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang. Kelima, setiap tahun dari tiga tahap ini merupakan proses yang berlanjut dan yang satu selalu bertumpu pada yang lain. Terakhir, guru dan pengamat bersama-sama terlibat dalam proses pertumbuhan profesional yang saling menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi akan meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar.
B.   Analisis Data dan Refleksi
Sebelum mengkaji analisis data dan refleksi, ada baiknya kita kaji dulu berbagai teknik pengumpulan data yang dapat menghasilkan berbagai jenis data. Langkah observasi menghasilkan data hasil observasi. Di samping data yang dikumpulkan dengan observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan harian siswa, rekaman dan tape-recordier, angket, wawancara, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Catatan harian guru atau yang disebut field note,  dibuat oleh guru segera setelah pembelajaran selesai. Guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang diangap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan berbagai repon dari siswa, atau kesalahan yang dibuat siswa karena guru membuat kekeliruan. Catatan ini akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Di samping itu, catatan guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Catatan harian siswa, merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang pelajaran tertentu..Catatan ini dapat berisis segala pendapat, reaks, atau mungkin bahkan saran siswa tentang pembelajaran yang dihayatinya. Guru dapat meminta siswa mengumpulkan catatan harian tersebut pada waktu-waktu tertentu, sehingga guru dapat memanfaatkannya dalam memperbaiki pembelajaran. Rekaman dengan tape-recorder merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data penting yang berkaitan dengan interaksi di luar kelas. Misalanya, untuk mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan/respons siswa dalam diskusi, teknik rekaman merupakan teknik yang cukup efektif, meskipun untuk mengubahnya ke dalam transkrip memerlukan waktu yang cukup banyak. Angket atau kuisioner, dapat digunakan untuk menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran, asal dibuat secar sederhana serta memuat pertanyaan yang direspons secara bebas (terbuka) oleh siswa. Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengaat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan. Agar wawancara dapat berlangsung secara efektif suasana yang kondusif harus diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil belajar siswa, yang dapat berupa, hasil latihan, atau ulangan  dapat dimanfaatkan sebagai data yang dapat memberi informasi terhadap kualitas perbaikan.
1.        Analisis Data
Salah satu ciri guru yang profesional adalah mampu mengambil keputusan, baiksebelum, selama, maupun setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang diambil didasarkan pada berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang terkumpul baik melalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna sebagai dasar untuk mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna.
Analisis data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Jika interpretasi dilakukan setiap saat observasi dan pada pertemuan/diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran maka analisis data dilakukan setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan peyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyelidiki dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan atau memberi makna. Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu ada yang direduksi akrena itu data ini sering disebut reduksi data. Kemudaian data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan peneliti yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun, tabel. Akhirnya, berdasarkn paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan dalam bentuk pertanyaan atau formula singkat.
Tanpa analisis data, guru tidak akan dapat memperkirakan dampak perbaikan yang dilakukannya. Selanjutnya, analisis data akan membatu guru melakukan refleksi, yaitu mengingat kembali segala perilakunya ketika mengajar dan mencoba merenungkan mengapa ia berperilaku seperti itu dan mengapa siswa merespons seperti itu. Mari kita kaji sekarang tahap refleksi.
2.   Refleksi
Melakukan refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk melihat kembali bayangan  kita atau memantulkan kembali kejadian yang perlu kita kaji. Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu terjadinya. Ia juga mencoba merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil dan mengapa yang gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
Refleksi dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisis dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian-kejadian atau peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Misalnya, dalam paparan data tercantum, bahwa terdapat tiga kali interaksi yang sangat seru antara siswa. Guru mengingat lagi apa yang memicu terjadinya interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan bahwa interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menantang siswa untuk berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam. Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan dari siswa lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat temannya. Guru mencoba menyintesiskan kejadian tersebut, dan sampai pada kesimpulan bahwa jenis pertanyaan dan teknik memindahkan giliran dapat meningkat partisipasi siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan menggunakna teknik memindahkan giliran secara teratur.  Namun, guru menyadari, interaksi yang sangat seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa secara bebas menanggapi pendapat temennya, sehingga sampai ada yang menyinggung perasaan. Guru kembali mengingat mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari hasil renungan tersebut, guru menyadari bahwa ia tidak pernah memberi aturan sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa berbicara tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke iklim yang tidak sehat itu terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut padapembelajaran yang akan datang, guru merencanakan akan menyampaikan aturan diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikan diskusi secara lebih sistematis.
C.   Perencanaan Tindak Lanjut
Sebenarnya sudah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau kesimpulan yang di dapat pada analisis data dan setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjadi maka akan terdapat siklus 2 PTK yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan maslah, perencanaan tindakan, pelakanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2,tindakan perbaikan masih belum berhasil menjawab maslah yang menjadi kerisauan guru, atau dengan perkataan lain perbaikan belum terjadi sesuai denganyang ditargetkan. Siklus PTK akan berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan.
D.   Laporan
Laporan penelitian merupakan dokumentasi dari penelitian yang dilakukan. Dlama penelitian formal, laporan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh peneliti, lebih-lebih apabila penelitian itu dilakukan berdasarkan satu niat tertentu atau pesanan dari satu lembaga. Skripsi, tesis, dan disertasi merupakan laporan penelitian yang dikerjakan dengan niat tertentu, sedangkan laporan penelitian itu seperti laporan penelitian hibah bersaing merupakan contoh dari penelitian yang dikerjakan berdasarkan pesanan. Laporan penelitian memang merupak satu dokumen penting yang mendokumentasikan segala komponen penelitian mulai dari latar belakang munculnya masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis data, temuan dan diskusi, serta kesimpulan dan rekomendasi. Selain untuk memenuhi persyaratan, laporan penelitian juga dibuat untuk didesesiminasikan atau disebarkan, baik melalui jurnal maupun berbagai pertemuan. Dengan cara ini hasil penelitian akan dapat diketahui/dimanfaatkan oleh banyak pihak.
Dalam PTK, yang aktor utamanya adalah guru, laporan penelitian terutama bermanfaat bagi guru dan tentu saja sekolah tempat guru mengajar. Jika guru membuat laporan PTK, laporan ini dapat dibaca oleh guru lain, sehingga strategi-strategi perbaikan yang diterapkan dapat ditelaah dan barangkali dapat dicoba, lebih-lebih jika kerisauan yang dihadapi guru ada persamaannya. Penyebaran laporan PTK dilakukan sebagai bagian interaksi serta tilik kesejawatan (peer review) yang kondusif bagi pertumbuhan profesional. (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998), dalam kaitan ini, ciri PTK sebagai reflective practice made public terealisasikan, Laporan juga sangat penting dibuat oleh guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. Disamping untuk meningkatkan kemampuan profesional, penulisan laporan penelitian juga mempunyai manfaat praktis yaitu sebagai syarat untuk memenuhi angka kredit kenaikan pangkat.
Dengan menulis laporan penelitian guru berlatih menjalankan fungsi yang sesungguhnya sebagai seorang peneliti.
Guru dapat membuat laporan PTK setelah tindakan perbaikan berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru. Laporan tentu harus mencakup semua tahap yang dilakukan guru dalam melaksanakan PTK mulai dari munculnya masalah, menganalisis masalah, merumuskan masalah, merencanakan perbaikan, melaksanakan perbaikan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan refleksi. Jumlah siklus PTK yang dilaksanakan sampai tercapainya tujuan perbaikan juga sangat perlu dilaporkan. Sebagai puncak dari laporan ini, guru akan melaporkan temuan yang didapat dari pelaksanaan PTK dan barangkali juga melaporkan berbagai kendala yang dihadapi. Laporan penelitian biasanya diakhiri dengan kesimpulan dan rekomendasi. Sebagai satu laporan penelitian, laporan ini tentu harus memenuhi kaidah tertentu, terutama sistematika laporan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar