Minggu, 01 Februari 2015

ABOUT JAVA



2.1 Suku Bangsa Jawa
Suku bangsa Jawa adalah suku bangsa yang mendiami Pulau Jawa bagian tengah dan timur, serta daerah-daerah yang disebut kejawen sebelum terjadi perubahan seperti sekarang ini.  Daerah itu ialah Banyumas, Kedu, Yogyakarta , Surakarta, Madiun, Malang dan Kediri.  Sedangkan daerah di luar ini dinamakan pesisir dan ujung timur.  Daerah yang merupakan pusat kebudayaan Jawa adalah dua daerah yang luas bekas Kerajaan Mataram, yaitu Yogyakarta dan Surakarta yang terpecah pada tahun 1755.  Dari sekian banyak daerah tempat kediaman orang Jawa, terdapat berbagai variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur kebudayaannya, seperti perbedaan mengenai berbagai istilah teknis, dialek bahasa, dan lain-lain.  Namun tidak menunjukkan perbedaan yang besar, sebab masih menunjukkan satu pola atau sistem kebudayaan Jawa.
 Bahasa pergaulan hidup sehari-hari adalah bahasa Jawa.  Dalam berbicara menggunakan bahasa Jawa, harus memperhatikan dan membedakan tingkatan orang yang diajak berbicara, berdasarkan umur dan status sosialnya.  Dalam susunannya, Bahasa Jawa ada dua macam, yaitu:
1.  Bahasa Jawa Ngoko, terdiri atas:
    a. Bahasa Jawa Ngoko Lugu atau Ngoko biasa.
    b. Bahasa Jawa Ngoko Andap, bahasa ini.
2.  Bahasa Jawa Krama, terdiri atas:
    a. Madya Ngoko, biasanya dipakai dalam percakapan kesederhanaan di pedesaan.
    b. Krama Madya, bahasa ini dipakai untuk percakapan orang-orang di pedesaan.
    c. Madyantara, yaitu bahasa yang dipakai untuk percakapan di kalangan priayi.
    d. Kramantara, bahasa yang dipakai dalam pembicaraan antara orang tua.
    e. Wredhakrama, yaitu bahasa untuk percakapan antara orang tua kepada orang muda.
    f. Mudhakrama, yaitu bahasa untuk percakapan antara orang muda dan orang tua.                                       
    g. Krama Inggil, yaitu bahasa yang digunakan dalam percakapan di keraton antara 
       priyagung keraton dalam bercakap-cakap.
    h. Krama Desa, yaitu bahasa yang bukan bahasa halus.
2.2 Kebudayaan Jawa Tengah
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.  Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan.  Ada manusia ada kebudayaan, tidak akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia.  Akan tetapi manusia itu hidupnya tidak berapa lama, ia lalu mati.  Maka untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan harus lebih dari satu turunan.  Jadi, harus diteruskan kepada anak cucu keturunan selanjutnya.
Kebudayaan Jawa klasik yang keagungannya diakui oleh dunia internasional dapat dilihat pada sejumlah warisan sejarah yang berupa Candi, Stupa, Bahasa, Sastra, Kesenian dan Adat Istiadat.  Candi Borobudur di dekat Magelang, candi Mendut, candi Pawon, Candi Prambanan di dekat Klaten, candi Dieng, candi Gedongsongo dan candi Sukuh merupakan warisan kebudayaan masa silam yang tak ternilai harganya.  Teks-teks sastra yang terpahat di batu-batu prasasti, tergores di daun lontar dan tertulis di kitab-kitab merupakan khasanah sastra Jawa klasik yang hingga kini tidak habis-habisnya dikaji para ilmuwan.  Ada pula warisan kebudayaan yang bermutu tinggi dalam wujud seni tari, seni musik, seni rupa, seni pedalangan,seni bangunan, seni busana, adat istiadat, dsbnya.
Masyarakat Jawa Tengah sebagai ahli waris kebudayaan Jawa klasik bukanlah masyarakat yang homogen atau sewarna, melainkan sebuah masyarakat besar yang mekar dalam keanekaragaman budaya.  Hal itu tercermin pada tumbuhnya wilayah-wilayah budaya yang pada pokoknya terdiri atas wilayah budaya Negarigung, wilayah budaya Banyumasan dan wilayah budaya Pesisiran.
2.3  Tarian Daerah Jawa Tengah
      
Disamping mempuyai banyak kebudayaan dan tradiasi, daerah jawa tengah juga memiliki berbagai seni tari. Tarian-tarian yang ada di daerah Jawa Tengah sudah banyak dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia. Tarian-tarian yang ada berasal dari Jawa Tengah di antaranya:
1. Tarian Serimpi
Tarian Serimpi Sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820 dengan nama Srimpi Sangopati kata Sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati” sebuah sebutan bagi calon pengganti raja. Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893, beliau berkenaan merubah nama Sangapati menjadi Sangupati.
Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan beliau yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda.  Disaat pertemuan perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu para tamu Belanda dengan pertunjukan tarian Srimpi Sangopati. Sesungguhnya sajian tarian Srimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan semata, akan tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi kematian Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu, pistol-pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang sebenarnya. Ini dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun telah siap mengorbankan jiwanya.  Maka, ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna putih yang berarti kesucian dan ketulusan.  Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa wilayah Indonesia ketika itu.
2. Tarian Bambangan cakil
Makna yang menyelubungi Tari Bambangan Cakil hanya bisa dicari dengan tidak melepaskan kisah awal yang dijadikan sumber acuan tarian tersebut, yaitu perang kembangan.  Tari Bambangan Cakil ditampilkan mengikuti struktur tari Wireng pada umumnya, yaitu Maju Beksan, Beksan Laras, Beksan Perang, Perang Ruket, dan Mundur Beksan.  Kedua ialah Tari Bambangan Cakil yang disajikan dalam bentuk petilan Perang Kembang yang diambil dari penyajian wayang orang.  Tari Bambangan Cakil diawali adegan cakil dan raksasa yang menari dengan gaya masing-masing.  Pada bentuk ketiga dengan pola gerak perang hingga Cakil mati.  Tarian itu terkandung makna filosofis bahwa yang benar pasti menang.  Tarian itu memiliki makna yang dalam, yaitu kebenaran akan selalu menang.
3. Tari Gambyong
Konon Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan yang bernama si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820).  Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah.  Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong.  Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat.  Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur.  Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang.  Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.
Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong.  Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong.  Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul. Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah.  Pengendang harus mampu tumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing.  Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya.  Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.
4.  Tari Aplang
Tari Amplang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara.  Dahulu Tari Aplang digunakan untuk syiar Agama Islam.  Aplang berasal dari kata ndaplang yang berarti tangan digunakan seperti gerakan silat.  Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri dengan diiringi rebana,  bedug,  kendang dan nyanyian syair salawatan.  Kostumnya model Islam Jawa yang indah dipandang mata.  Kembali ke Jatidiri Bangsa Kabupaten Banjarnegara.

5. Singo Barong
 Kesenian ini merupakan kesenian tradisional asli rakyat Demak,  yang dilatar belakangi sejarah Demak.  Hutan Glagah Wangi akan dijadikan pemukiman,  namun Sang Penunggu yang merupakan sosok gaib Singo Barong Kembar tidak mau menerimanya.  Dengan kesaktian “Cemeti Saptomowo” siluman Singo Barong dapat ditaklukkan.  Prajurit dengan kostum surjan menaiki Kuda Kepang warna-warni yang indah.
6. Tari Gondoriyo
Perpaduan antara tari, teater dan gerak akrobatik.  Ceritera diambil dari babad panji yaitu kisah cinta Raden Panji Asmarabangun adri Jenggala yang mempersunting Dewi Sekartaji dari Kediri.  Untuk dapat mempersunting putri tersebut Raden Panji harus dapat mempersembahkan seekor singo barong yang dapat berbicara.  Joko Lodro utusan Raden Panji dapat menangkap Singa Lodro di hutan Lodaya.
7. Tari Loro Blonyo
Tari Loro Blonyo merupakan gambaran Dewi Sri dan saudaranya Dewa Sadana.  Dewi Sri adalah Dewi pelindung padi dan pemberi berkah serta merupakan lambang kemakmuran.  Dewa Sadana adalah Dewa sandang pangan.  Pada saat sekarang, kedua dewa dan dewi tersebut sudah sirna dari bumi pertiwi dan menetap di Tirta Kedasar.  Sepeninggal mereka keadaan bumi pertiwi makin terpuruk.  Bencana, malapetaka serta huru-hara terjadi di mana-mana.  Atas petunjuk Dewa Wisnu agar keadaan kembali aman tenteram maka kedua dewa dewi tersebut harus dikembalikan.  Hal tersebut tidak mudah karena untuk mendapatkan mereka harus berhadapan dulu dengan raksasa penunggu negara Tirta Kedasar.  Semar akhirnya bisa membawa kembali mereka dan bumi pertiwi kembali pulih.  Untuk mensyukuri keberhasilan tersebut dibunyikan kothekan lesung yang berirama magis.  Tepuk tangan buat Karanganyar.
8. Tari Kretek
 Tari Kretek diilhami akar kesejahteraan yang sampai kini dirasakan di Kabupaten Kudus.  Beberapa penari ayu memakai kain kebaya, selendang bergaris hitam dengan topi lebar sedang membawa tampah tempat tembakau.  Tarian menggambarkan kegiatan membuat rokok.

9.  Tari Warak Dugder
 Mengiringi Patung warak sekelompok gadis berpakaian Encim putih biru melenggang lenggok dengan manisnya.  Asal kata Dug Der adalah suara bedug Dug Dug dan suara merian Dher.  Campuran budaya Islam,  Jawa dan Cina melatar belakangi seni ini.
10. Tari Kuntulan
Tari Kentulan adalah gerak pencak silat yang diwujudkan dalam tarian.  Semangat penari membangkitkan gelora semangat penonton.
2.4 Makanan Khas Jawa Tengah
Berbagai macam makanan khas yang berasal dari daerah Jawa tengah. Setiap kota yang berada di Jawa Tengah mempunyai makanan khas masing-masing, diantaranya yaitu:
1.       Jepara makanan khasnya adalah Pindang Serani, Soto Jepara, Madu Mongso, Adon-adon Coro, Es Gempol, Horok-Horok, Rondo Royal, Sate Kikil, Klenyem,Kuluban, pecel ikan laut bakar dengan Sambal Santan Kelapa, sate Udang, Terasi Jepara, Tempong Ikan Teri, Durian Petruk, Jeruk Jepara, Kacang Oven, dan Kacang Jepara.
  1. Kudus makanan khasnya adalah Soto Ayam Kudus, sate Kerbau, Lentog, dodol, dan Jenang Kudus.
  2. Purwodadi makanan Khasnya adalah Wikee, Nasi Becek, Kecap, Sale Pisang
  3. Banjarnegara makanan khasnya adalah Dawet Ayu dan Buntil
  4. Semarang makanan khasnya adalah Lumpi, Soto Ayam Semarang , Sate Sapi, Bandeng Presto, Nasi Goreng Babat, Ayam Goreng Kraton Tulang Lunak, Kue-kue Pia, Sate Kambing Bumbu Kecap, Martabak Malabar, Kue Bandung, Tahu Petis, Tahu Gimbal, dan Wingko Babat.
  5. Boyolali makanan khasnya adalah Marning, Paru Goreng, Brem Cap Suling Gading, dan Krupuk Rambak.
  6. Brebes makanan Khasnya adalah Telor Asin dan Sate Kambing.
  7. Demak makanan khasnya Nasi Garang Asem, Sambel Blimbing Wuluh, dan Kwaci.
  8. Klaten makanan khasnya Ayam Goreng Kalasan, Bebek Goreng, dan Emping Mlinjo
  9. Pati makanan khasnya Nasi Gandul dan Sate Ayam.
  10. Pekalongan makanan khasnya Nasi Gandul, Soto Tauco, dan Nasi Megono.
  11. Pemalang makanan khasnya Nasi Grombyang, Lontong Dekem, dan Sate Loso.
  12. Purwokerto makanan khasnya Tempe Mendoan, Gethuk Goreng, Soto Sokaraja, dan Nopia.
  13. Purworejo makanan khasnya Kue Lompong, Clorot, Gebleg, Kue Satu, Dawet Hitam, dan  Lanthing.
  14. Purbalingga makanan khasnya Rujak Kangkung, Tahu Gecot, Soto Kriyik, Es Duren, dan  Klanting.
  15. Solo makanan khasnya Gudeg, Sate Kambing, Thengkleng, Srabi Solo, Nasi Liwet, Timlo Solo, Racikan Salat, Krupuk Karak, Bakso Popular Ukuran Bola Golf, Tahu Acar, dan Sayur Tumpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar