Minggu, 01 Februari 2015

KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF



1. Kalimat Efektif dan Tidak Efektif
Dalam menyusun sebuah kalimat harus memenuhi kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi: (1) kelengkapan unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, (2) sesuai dengan Pedoman EYD, dan (3) cara memilih kata dalam kalimat (diksi)
Contoh kalimat tidak efektif:
a.       Pada perayaan HUT RI di sekolahku dimeriahkan para artis ibu kota.
b.      Sekolah kami yang terletak di depan Pasar Baru.
c.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Contoh kalimat efektif:
a.       Perayaan HUT RI di sekolahku dimeriahkan para artis ibu kota.
b.      Sekolah kami terletak di Pasar Baru.
c.       Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikiti acara pertama.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, cermat, dan santun. Kalimat komunikatif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara tepat dan diterima secara tepat oleh orang lain. Kalimat tidak efektif adalah  kaliamt yang tidak disusun oleh pola struktur yang benar dan tidak sesuai dengan situasi yang menyertainya.
Sebuah kalimat efektif memiliki ciri-ciri khas yaitu kepadanan struktur, inforasinya jelas, kesejajaran bentuk, pilihan kata cermat, dan kepaduan.
            2. Kalimat Efektif dan Tidak Efektif dalam Teks Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra. Telah anda ketahui bahwa bahasa yang digunakan dalam karya sastra seringkali berlebihan, artinya kaidah penggunaan struktur kalimatnya menjadi tidak efektif karena kelebihan kata-kata. Oleh karena itu, untuk mempermudah anda memahami kalimat efektif, yang menjadi objek identifikasi adalah teks cerpen.


 
Kutipan Cerpen
Ketika Ayah meninggalkan tempat pemukiman, hanya kulihat punggungnya yang setengah bungkuk. Kemejanya yang lusuh mengandung banyak lipatan, warnanya buram, dan aku tahu itu bukan miliknya. Ia berjalan tidak terlampau cepat, tetapi jarah antara kami semakin lebar. Semakin terasa bahwa ada bentangan yang segera akan memisahkan kami. mungkin satu, dua atau bahkan ratusan kilometer.
Sebelum pagi, kurang lebih sepuluh menit yang lalu, Ayah mengatakan, “Aku percaya, kamu bukan pemuda cengeng. Hampir sebulan kita telah menangis bersama-sama. Itu cukup. Tidak perlu diperpanjang lagi. Kita sudah saling berusaha untuk menemukan ibumu. Juga kedua adikmu. Percayakan itu kepada Tuhan. Mungkin kini tempat mereka lebih lapang dibandingkan kita saat ini.  Mungkin tidak ada laigi pikiran yang membebani mereka. Tinggal kita, mau hidup terus atau perlahan-lahan mati.”
Mata Ayah memandangku tidak lagi senyalang elang. Tidak lagi ada kemarahan dalam kata-katanya. Aku merasa ucapan Ayah begitu serius, tetapi tidak mengandung tekanan. Ia berbicara seperti sedang menceritakan kegiatan sehari-hari. Begitu datar. Tetapi, hatiku terkesiap mendengarnya.
“Aku akan berangkat pagi ini juga, sebelum orang ramai ke jalan-jalan. Sebelum banyak ibu-ibu antr di kamar mandi umum. Sebelum tampak asap di dapur terbuka itu. Aku percaya, kamu akan sanggup menghadapi hari-hari depanmu sendiri. Aku melihat ototmu yang kuat, badanmu yang sehat, dan terutama perasaanmu yang tabah. Ingat! Jangan pernah menagis lagi,”
Bibirku mendadak gemetar. Seperti ada ribuan kata-kata berkerumun di ujung lidah. Berdesakan ingin meletup, mendorong dinding gigi. Membuat rahangku keras seperti terbuat dari logam. Tetapi tak ada suara yang mampu keluar dari mulutku
Kompas, 13 Februari 2005
            Salah satu kalimat tidak efektif dan efektif pada paragraf pertama.
      - ketika ayah meninggalkan tempat pemukiman, hanya kulihat punggungnya yang setengah membukuk.(Kalimat tidak efektif)
      - kulihat punggung ayah setengah membungkuk saat meninggalkan pemukiman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar