Minggu, 01 Februari 2015

KELAS KATA BAHASA INDONESIA



Pembagian Kelas Kata Bahasa Indonesia

Kata sebagai satuan sintaksis merupakan salah satu tataran dalam hirarki graatikal. Oleh karena itu kata merupakan satuan gramatika di bawah sintaksis maka klasifikasi kata atau kategorisasi kata harus dijelaska dari sudut sintaksis (Kridalaksana, 1984). Jadi, penggolongan kata didasarkan pada ciri-ciri formal tertentu dan berdasarkan perilakunya dalam tataran gramatikal yang lebih tinggi. Sebagai contoh, pada kalimat Kuya Membeli Sepatu, posisi kata sepatu hanya dapat diisi oleh kata yang memiliki kelas kata yang sama dengan kata sepatu. Posisi itu tidak dapat diisi oleh kata belajar, yang tidak memiliki kelas kata yan sama dengan sepatu. Pada monografi ini katagori kelas kata yang dibicarakan adalah katagori kelas kata yang berkaitan erat dengan deskripsi sintaksis. Terdapat sembilan jenis kata yang berkait erat dengan deskripsi sintaksis. Kesembilan kelas kata itu adalah (1) verba, (2) nomina, (3) adjektiva, (4) numeralia, (5) adverbia, (6) preposisi, (7) konjungsi, (8) demonstrativa, (9) kata tugas.
1.    Verba
Kata verba merupakan kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses atau keadaan. Verba jga sering disebut dengan kata kerja. Secara sintaksis kelas kata verba memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Dalam kontruksi frase, verba berkemungkinan didampingi dengan partikel negatif tidak.
b.      Dalam kontruksi frase, verba tidak dapat didampingi dengan preposisi di, ke dari, atau dengan kata sangat, lebih, atau agak.
c.        Menyatakan tindakan, aksi, peristiwa atau proses.
Kata Verba memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a.       Substantif (sebagai subjek), misalnya: memanjat/ memerlukan/ tenaga.
b.      Predikat (sebagai predikat), misalnya: Ibu/ sedang mencuci.
c.       Atributif (sebagai kata sifat keterangan subjek), misalnya: anak/ belajar/ jangan dipaksa.
Kata verba atau kata kerja dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
a.       Kata kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti objek dan sudah barang tentu dapat diubah ke dalam bentuk pasif. Misalnya kata-kata membaca, mengarang, mempertajam, mendudukkan, menduduki, menyelenggarakan dan sebagainya. Terdapat juga kata kerja transitif yang diikuti dua objek. Mialnya kata kerja membelikan, membacakan, menjadikan. Kata kerja transitif yang diikuti dua objek itu disebut kata kerja dwitransitif.
Contoh: dia membaca buku
               S         P          O
Kata membaca memerluka objek buku, tanpa kehadiran objek maka kalimat itu belum lengkap. Kata membaca juga dapat dipasifkan menjadi buku dibacanya.
b.      Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pendamping objek, kalimat verba intransitif sebagai predikatnya tidak dapat dipasifkan. Verba intransitif ini ada dua jenis yaituin transitif berpelengkap dan intransitif tak berpelengkap.

Contoh: Adik makan
              Ayahnya berdagang Televisi
Verba makan, tidak memerlukan pendamping objek dan tidak memerlkan pendamping pelengkap. Sebaliknya verba berdagang, meskipun memerlukan nomina disebelah kanannya, nomina itu tidak berfungsi sebagai objek melainkan sebagai pelengkap. Hal itu disebabkan verba berdagang tidak dapat dipasifkan. Kalimat verba intransitif sebagia predikatnya tidak dapat dipasifkan.
2.    Nomina  
Nomina lazim disebut kata benda. Nomina merupakan kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep dan pengertian. Secara sintaksis nomina memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Dalam konstruksi frase, nomina tidak berpotensi bergabung dengan partikel negatif  tidak, nomina berpotensi dengan pertikel negatif bukan.
2.      Dalam konstruksi frase, nomina berpotensi didampingi preposisi di, ke, dari.
Misalnya: kata batu
 Kata tersebut tidak dapat membentuk frase tidak batu, namun dapat menjadi frase dari batu.
Kata ganti nomina disebut pronomina. Ada tiga jenis pronomina, yaitu:
1.      Pronomina interogativa, yaitu pengganti nomina untuk  menanyakan sesuatu.
Contoh: kenapa dan apa.
2.      Pronomina posesif, yaitu pengganti nomina untuk menyatakan pemilik.
Contoh: ­-nya.
3.      Pronomina Persona, yaitu pengganti nomina untuk menyatakan kata ganti orang.
Contoh: dia, mereka, kalian, kita dan kami.
Berdasarkan bentuknya kata benda dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.      Kata benda dasar, kata beda yang hanya terdiri atas satu morfem, seperti buku, pensil, rumah, orang, lait dan air.
2.      Kata benda turunan.
3.      Kata benda yang mengalami proses pemajemukan, seperti: ganti rugi, tata tertib, uang muka, tata kota semifinal dan orang terpelajar.
Di samping untuk menunjukan benda, nomina juga dipakai sebagai:
1.      Penggolongan benda, yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai kekhususan nomina tertentu. Orang merupakan nomina penuh, sedangkan seseorang dalam seseorang manusia adalah penggolongan untuk manusia.
2.      Nomina tempat dan arah, seperti kanan, kiri, depan, belakang,utara, selatan, timur barat dan sebagainya.
3.      Tiruan bunyi, seperti aum deru, deramkrang kring.
4.      Makian, seperti monyet, bangsat, anjing.
5.      Sapaan
6.      Kuantita
7.      Ukuran, seperti gram, kilo, sentimeter, gram.
8.      Petunjuk waktu, seperti pagi, siang, petang, malam.
9.      Hipostasis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan dalam meta bahasa.

4.    Adjektiva
Adjektiva merupakan kata sifat yang menerangkan kata benda. Berdasarkan bentuknya kata sifat juga dapat dibedakan menjadi kata dasar, kata turunan, dan kata sifat majemuk. Kelas kata ini memiliki ciri-ciri hampir sama dengan verba. Ciri-ciri anjektiva secara sintaksis sebagai berikut:
1.      Berpotensi bergabung partikel negatif tidak.
2.      Lazim sebagai pewatas nomina.
3.       Berpotensi bergabung dengan kata yang menyatakan perbandingan seperti sangat, lebih dan agak. Misalnya buku tebal, tidak cantik, lebih besar dan sangat kecil.
Secara morfologis adjektiva lazimnya ditandai dengan morfem -er, -if, -i, misalnya pada kata honorer, sensitif, dan alami. Adjektiva bahasa Indonesia dapat dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an. Di dalam adjektiva ada dua macam kategori adjektiva, yaitu:
1.      Adjektiva predikatif, yaitu adjektiva yang dapat menempati posisi predikatdalam klausa, misalnya hangat, sulit, mahal.
2.      Adjektiva atribut, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalan frase nominal, misalnya nasional, niskala.
Diliahat dari sudut pemakaiannya, adjektiva dapat mengambil bentuk perbandingan. Perbandingan itu dapat dibagi empat, yaitu:
1.      Tingkat positif, yaitu yang menerangkan bahwa nomina dalam keadan biasa, misalnya rumah Husein besar.
2.      Tingkat komparatif, yaitu menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain, misalnya rumah Husein lebih besar daripada rumag Zainudin.
3.      Tingkat superiatif, misalnya menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau nomina lain yang dibandingkannya, misalnya Anton murid terpandai di kelas itu.
4.      Tingkat eksesif, yaitu menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan, misalnya pertunjukan malam itu sangatramai sekali.
4.    Numeralia
Numeralia sering disebut juga kata bilangan. Numeralia merupakan kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang, binatang atau barang) dan konsep. Numeralia mewakili bilangan yang tidak terdapat dalam alam di luar bahasa misalnya, dua tambah dua sama dengan empat. Kata bilangan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Kata bilangan takrif, yaitu kata bilangan yang menyatakan jumlah dan terbagi atas kata bilangan utama, kata bilangan pecahan, dan kata bilangan gugus (sekelompok bilangan).
2.      Kata bilangan tingkat, yaitu kata bilangan yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Contohnya: suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, segenap, sekalian, semua, seluruh...
3.      Numeralia koektif adalah numeralia takrif yang berstruktur ke + Num, ber- + N. Misalnya: dipandangnya kedua gadis itu dengan penug keheranan.
Secara sintaksis numeralia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Menyatakan jumlah atau kuantitas dari nomina, jadi numeralia dapat mendampingi nomina dalam konstruksi frase.
2.      Mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain.
3.      Tidak dapat bergabung dengan kata tidak atau dengan sangat. Misalnya, lima meja, dua ekor burung dan sebagainya.
Numeralia tidak pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, bersatau atau menjadi nomina seperti kesatuan, persatuan, perduaan, pertigaan, perempatan.
Dalam ragam tulis beberapa konvensi tertentu untuk menuliskan numeralia, misalnya dua setengah lazim ditulis sebagai 2½ atau 2,5.
  
5.    Adverbia
Adverbia merupakan kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Kata ini sering disebut dengan kata keterangan. Adverbia juga merupakan kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kaliamat Ia sudah pergi, kata sudah adalah adverba, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi adjektiva.
Adverbia berfungsi bergabung dengan kata masih. Contoh : hanya, satu, bukan, tidak dan sebagainya. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan. Adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan turunan.
Secara sintaksis adverbia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.       Adverbia dapat mendampingi adjektiva, verba, numeralia, atau preposisi.
2.      Adverbia tidak dapat mendampingi nomina.
Kemudian dilihat berdasarkan perilaku semantisnya, kata keterangan dibedakan atas:
1.      Kata keterangan kualitatif, yaitu kata keterangan yang menggambarkan maka yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Contohnya:
paling, sangat,lebih, kurang
2.      Kata keterangan kuanitatif, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan jumlah. Contohnya:
banyak, sedikit, kira-kira, cukup
3.      Kata keterangan limitatif, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan pembatasan. Contohnya:
hanya, saja, sekadar
4.      Kata keterangan frekuentatif, yaitu kata yang maknanya berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterapkan kata keterangan itu. Contohnya:
selalu, sering, jarang, kadang-kadang
5.      Kata keterangan waktu, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan waktu terjadinya peristiwa. Contohnya:
baru, segera, tadi, kemarin, esok, lusa
6.      Kata keterangan cara, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan cara sesuatu peristiwa berlangsung atau terjadi. Contohnya:
diam-diam,secepatnya, pelan-pelan
Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kuaitas dari kategori verba, adjektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Aspek menerangkan apakah suatu pekerjaan,peristiwa, atau sifat sedang berlangsung, sudah selesai berlangsung. Modalitas menerangkan sikap pembicara yang menyangkut perbuatan, peistiwa dan sifat. Kuantitas menerangkan jumlah terjadinya suatu perbuatan dan peristiwa. Kualitas menjelaskan sifat suatu perbuatan, peristiwa, dan sifat.

6.    Preposisi
Preposisi merupakan kata penunjuk arah atau tempat. Secara sintaksis, preposisi digunakan di depan kategori lain, terutama nomina. Jika berada di depan nomina preposisi membentuk frase eksosentris. Contoh: di, kepada, buat, bagi, antara, atas, ke, dari sekiar.
Ada tiga jenis preposisi, yaitu:
1.      Preposisi dasar, yang sebagai preposisi tidak dapat mengalami proses morfologis.
2.      Preposisi turunan terbagi atas gabungan preposisi dan preposisi, kemudian gabungan preposisi dan non-preposisi.
Ada contoh gabungan preposisi+preposisi, misalnya Ia berlari dari rumah ke rumah. Ada pula preposisi yang berasal dari katagori lain, miasalnya pada, tanpa dan sebagainya. Termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas lain yang berprefiks se-, misalnya selain, semenjak, sepanjang, sesuai dan sebagainya.
           
7.    Konjungsi
Konjungsi merupakan kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotasis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Keanekaragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi sulit dibedakan dari preposisi.
Contoh: -     Ia pergi karena saya.
-          Ia pergi karena saya mengusirnya.
Dalam contoh pertama karena merupakan preposisi, karena diikuti oleh satuan kata sehingga merupakan konstruksi eksosentris, sedangkan pada contoh yang ke dua karena merupakan konjungsi, karena menghubungkan klausa dan klausa. Menurut posisinya konjungsi dapat dibagi atas:
1.      Konjungsi intra-kalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa.
2.      Konjungsi ekstra-kalimat terbagi atas konjungsi intratekstual dan konjungsi ekstratektual.
Sesuai dengan makna stuan-satuan yang menghubungkan oleh konjungsi, kita dapat membedakan tugas-tugas konjungsi berikut:
1.      Penambahan, misalnya dan, selain.
2.      Urutan, misalnya lalu, lantas, kemudian.
3.      Pilihan, misalnya atau.
4.      Perlawanan, misalnya tetapi, hanya, sebaliknya.
5.      Temporai, misalnya ketika, setelah itu.
6.      Sebab, misalnya lantaran, sebab.
7.      Akibat, misalnya sehingga, sampai-sampai.
8.      Syarat, misalnya jikalau, asalkan.
9.      Tak bersyarat, misalnya meskipun, biarpun.
10.  Pengandaian, misalnya andai kata, sekiranya, seumpamanya.
Konstruksi hipotatis adalah frase gabungan atau klausa gabungan yang secara lahiriah mempergunakan penghubung. Yang tidak menggunakan penghubung disebut konstruksi parataktis.

8.    Demonstrativa
Demonstrativa merupakan kata yang dipakai untuk menunjukkan orang atau benda secara khusus. Kata demonstrativa sering juga dikenal dengan kata tunjuk. Secara sintaksis demonstrative berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Dalam konstruksi frase, demonstrative lazimnya mendampingi nomina atau frase nominal, misalnya itu,ini, begitu, sekian, sedemikian. Dari sudut bentuk demonstrativa dapat dibedakan atas:
1.      Kata tunjuk dasar, yaitu ini, itu.
2.      Kata tunjuk turunan, yaitu berikut, begini, sekian.
3.      Kata tunjuk gabungan, yaitu di sana, di situ, di sini.
Subkategorisasi ini berdasarkan atas ada atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal itu demonstrativa dapat dibagi atas:
1.      Demonstrativa intratekstual atau demonstrativa endoforis. Demonstraiva ini menunjukan sesuatu yang terdapat dalam wacana dan bersifat ekstrakalimat. Demonstrativa ekstrakalimat anaforis, yaitu itu, demikian, begitu, sekian. Sedangkan demonstrativa ekstrakalimat kataforis, yaitu ini begitu berikut, sebagai berikut.
2.    Demonstrativa ekstratekstual atau demonstrativa eksoforis atau demonstrativa diektis. Demonstrativa ini menunjukkan sesuatu yang ada di luar bahasa, dan dapat dibagi atas jauh dekatnya anteseden dari pembicara.

9.    Kata Tugas
Kata tugas merupakan istilah bagi kelas kata yang tidak termasuk kelas kata verba, nomina, adjektiva, dan numeralia. Kata tugas terbagi menjadi beberapa kelas lagi, yaitu sebagai berikut.
1.      Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkap perasaan pembicara.
2.      Artikula adalah katagori yang mendampingi nomina dasar, misalnya si, sang, hang, dang, para, kaum, umat. Artikulasi dang, sang, dan hang sudah jarang sekali digunakan. Artikula dang ditunjukan untuk perempuan, sedankan artikula hang ditunjukan untuk laki-laki.
3.      Partikel adalah kata tugas yang tidak dapt diterjemahkan secara pasti apa maksudnya, misalnya ah, deh, kan, aduh,kok, halo, hai.
4.      Interogatif atau kata-kata tanya. Misalnya apa, siapa, bagaimana.
Sebenarnya ada satu kategori kata yang oleh kridalaksana (1986) digolongkan sebagai kategori fatis. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan lawan bicara. Sebagian besar kategori kategoris fatis merupakan ciri ragamlisan. Contohnya kategori fatis itu antara lain : ah, kok, deh, lah, dan sebagianya.


DAFTAR PUSTAKA


Alieva. 1991. Bahasa Indonesia deskripsi dan Teori. Kanisius. Yogyakarta.
Kridalaksana. Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ramlan. M. 2005. Sintaksis. C.V. Karyono. Yogyakarta.

1 komentar: