Pembagian Kelas Kata Bahasa Indonesia
Kata sebagai
satuan sintaksis merupakan salah satu tataran dalam hirarki graatikal. Oleh
karena itu kata merupakan satuan gramatika di bawah sintaksis maka klasifikasi
kata atau kategorisasi kata harus dijelaska dari sudut sintaksis (Kridalaksana,
1984). Jadi, penggolongan kata didasarkan pada ciri-ciri formal tertentu dan
berdasarkan perilakunya dalam tataran gramatikal yang lebih tinggi. Sebagai
contoh, pada kalimat Kuya Membeli Sepatu,
posisi kata sepatu hanya dapat diisi
oleh kata yang memiliki kelas kata yang sama dengan kata sepatu. Posisi itu tidak dapat diisi oleh kata belajar, yang tidak memiliki kelas kata yan sama dengan sepatu. Pada monografi ini katagori
kelas kata yang dibicarakan adalah katagori kelas kata yang berkaitan erat
dengan deskripsi sintaksis. Terdapat sembilan jenis kata yang berkait erat
dengan deskripsi sintaksis. Kesembilan kelas kata itu adalah (1) verba, (2)
nomina, (3) adjektiva, (4) numeralia, (5) adverbia, (6) preposisi, (7)
konjungsi, (8) demonstrativa, (9) kata tugas.
1. Verba
Kata verba
merupakan kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses
atau keadaan. Verba jga sering disebut dengan kata kerja. Secara sintaksis
kelas kata verba memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Dalam
kontruksi frase, verba berkemungkinan didampingi dengan partikel negatif tidak.
b.
Dalam
kontruksi frase, verba tidak dapat didampingi dengan preposisi di, ke dari, atau dengan kata sangat, lebih, atau agak.
c.
Menyatakan tindakan, aksi, peristiwa atau
proses.
Kata Verba memiliki
beberapa fungsi, yaitu:
a.
Substantif
(sebagai subjek), misalnya: memanjat/ memerlukan/ tenaga.
b.
Predikat
(sebagai predikat), misalnya: Ibu/ sedang mencuci.
c.
Atributif
(sebagai kata sifat keterangan subjek), misalnya: anak/ belajar/ jangan
dipaksa.
Kata verba atau kata
kerja dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
a.
Kata
kerja transitif ialah kata kerja yang dapat diikuti objek dan sudah barang
tentu dapat diubah ke dalam bentuk pasif. Misalnya kata-kata membaca, mengarang, mempertajam,
mendudukkan, menduduki, menyelenggarakan dan sebagainya. Terdapat juga kata
kerja transitif yang diikuti dua objek. Mialnya kata kerja membelikan, membacakan, menjadikan. Kata kerja transitif yang
diikuti dua objek itu disebut kata kerja dwitransitif.
Contoh:
dia membaca buku
S P O
Kata
membaca memerluka objek buku, tanpa kehadiran objek maka kalimat
itu belum lengkap. Kata membaca juga dapat dipasifkan menjadi buku dibacanya.
b.
Kata
kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pendamping objek,
kalimat verba intransitif sebagai predikatnya tidak dapat dipasifkan. Verba
intransitif ini ada dua jenis yaituin transitif berpelengkap dan intransitif
tak berpelengkap.
Contoh:
Adik makan
Ayahnya berdagang Televisi
Verba
makan, tidak memerlukan pendamping
objek dan tidak memerlkan pendamping pelengkap. Sebaliknya verba berdagang, meskipun memerlukan nomina
disebelah kanannya, nomina itu tidak berfungsi sebagai objek melainkan sebagai
pelengkap. Hal itu disebabkan verba berdagang
tidak dapat dipasifkan. Kalimat verba intransitif sebagia predikatnya tidak
dapat dipasifkan.
2. Nomina
Nomina lazim
disebut kata benda. Nomina merupakan kata yang mengacu pada manusia, binatang,
benda, konsep dan pengertian. Secara sintaksis nomina memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Dalam
konstruksi frase, nomina tidak berpotensi bergabung dengan partikel
negatif tidak, nomina berpotensi dengan pertikel negatif bukan.
2.
Dalam
konstruksi frase, nomina berpotensi didampingi preposisi di, ke, dari.
Misalnya:
kata batu
Kata tersebut tidak dapat membentuk frase tidak batu, namun dapat menjadi frase dari batu.
Kata ganti nomina
disebut pronomina. Ada tiga jenis pronomina, yaitu:
1.
Pronomina
interogativa, yaitu pengganti nomina untuk
menanyakan sesuatu.
Contoh:
kenapa dan apa.
2.
Pronomina
posesif, yaitu pengganti nomina untuk menyatakan pemilik.
Contoh:
-nya.
3.
Pronomina
Persona, yaitu pengganti nomina untuk menyatakan kata ganti orang.
Contoh:
dia, mereka, kalian, kita dan kami.
Berdasarkan bentuknya
kata benda dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Kata
benda dasar, kata beda yang hanya terdiri atas satu morfem, seperti buku, pensil, rumah, orang, lait dan air.
2.
Kata
benda turunan.
3.
Kata
benda yang mengalami proses pemajemukan, seperti: ganti rugi, tata tertib, uang muka, tata kota semifinal dan orang
terpelajar.
Di samping untuk
menunjukan benda, nomina juga dipakai sebagai:
1.
Penggolongan
benda, yang dipakai bersama dengan numeralia untuk menandai kekhususan nomina
tertentu. Orang merupakan nomina
penuh, sedangkan seseorang dalam seseorang manusia adalah penggolongan
untuk manusia.
2.
Nomina
tempat dan arah, seperti kanan, kiri,
depan, belakang,utara, selatan, timur barat dan sebagainya.
3.
Tiruan
bunyi, seperti aum deru, deramkrang
kring.
4.
Makian,
seperti monyet, bangsat, anjing.
5.
Sapaan
6.
Kuantita
7.
Ukuran,
seperti gram, kilo, sentimeter, gram.
8.
Petunjuk
waktu, seperti pagi, siang, petang,
malam.
9.
Hipostasis,
yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan dalam
meta bahasa.
4. Adjektiva
Adjektiva
merupakan kata sifat yang menerangkan kata benda. Berdasarkan bentuknya kata
sifat juga dapat dibedakan menjadi kata dasar, kata turunan, dan kata sifat
majemuk. Kelas kata ini memiliki
ciri-ciri hampir sama dengan verba. Ciri-ciri anjektiva secara sintaksis
sebagai berikut:
1.
Berpotensi
bergabung partikel negatif tidak.
2.
Lazim
sebagai pewatas nomina.
3.
Berpotensi bergabung dengan kata yang
menyatakan perbandingan seperti sangat,
lebih dan agak. Misalnya buku tebal, tidak cantik, lebih besar dan
sangat kecil.
Secara morfologis adjektiva lazimnya
ditandai dengan morfem -er, -if, -i, misalnya
pada kata honorer, sensitif, dan alami. Adjektiva bahasa Indonesia dapat
dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Di dalam adjektiva ada dua macam kategori adjektiva, yaitu:
1.
Adjektiva
predikatif, yaitu adjektiva yang dapat menempati posisi predikatdalam klausa,
misalnya hangat, sulit, mahal.
2.
Adjektiva
atribut, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalan frase nominal, misalnya nasional, niskala.
Diliahat dari
sudut pemakaiannya, adjektiva dapat mengambil bentuk perbandingan. Perbandingan
itu dapat dibagi empat, yaitu:
1.
Tingkat
positif, yaitu yang menerangkan bahwa nomina dalam keadan biasa, misalnya rumah Husein besar.
2.
Tingkat
komparatif, yaitu menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina
lain, misalnya rumah Husein lebih besar
daripada rumag Zainudin.
3.
Tingkat
superiatif, misalnya menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa
atau nomina lain yang dibandingkannya, misalnya Anton murid terpandai di kelas itu.
4.
Tingkat
eksesif, yaitu menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan, misalnya pertunjukan malam itu sangatramai sekali.
4. Numeralia
Numeralia sering disebut juga kata bilangan.
Numeralia merupakan kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang,
binatang atau barang) dan konsep. Numeralia mewakili bilangan yang tidak
terdapat dalam alam di luar bahasa misalnya, dua tambah dua sama dengan empat. Kata bilangan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
Kata
bilangan takrif, yaitu kata bilangan yang menyatakan jumlah dan terbagi atas
kata bilangan utama, kata bilangan pecahan, dan kata bilangan gugus (sekelompok
bilangan).
2.
Kata
bilangan tingkat, yaitu kata bilangan yang menyatakan jumlah yang tak tentu.
Contohnya: suatu, beberapa, berbagai,
tiap-tiap, segenap, sekalian, semua, seluruh...
3.
Numeralia
koektif adalah numeralia takrif yang berstruktur ke + Num, ber- + N. Misalnya: dipandangnya
kedua gadis itu dengan penug keheranan.
Secara sintaksis
numeralia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Menyatakan
jumlah atau kuantitas dari nomina, jadi numeralia dapat mendampingi nomina
dalam konstruksi frase.
2.
Mempunyai
potensi untuk mendampingi numeralia lain.
3.
Tidak
dapat bergabung dengan kata tidak atau dengan sangat. Misalnya, lima meja, dua ekor burung dan sebagainya.
Numeralia tidak
pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba
seperti dalam mendua, bersatau atau
menjadi nomina seperti kesatuan,
persatuan, perduaan, pertigaan, perempatan.
Dalam ragam
tulis beberapa konvensi tertentu untuk menuliskan numeralia, misalnya dua setengah lazim ditulis sebagai 2½
atau 2,5.
5. Adverbia
Adverbia
merupakan kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Kata ini sering
disebut dengan kata keterangan. Adverbia juga merupakan kategori yang dapat
mendampingi adjektiva, numeralia atau
preposisi dalam konstruksi sintaksis.
Dalam kaliamat Ia sudah pergi, kata sudah adalah adverba, bukan karena
mendampingi verba pergi, tetapi
karena mempunyai potensi untuk mendampingi adjektiva.
Adverbia
berfungsi bergabung dengan kata masih. Contoh : hanya, satu, bukan, tidak dan sebagainya. Adverbia tidak boleh
dikacaukan dengan keterangan.
Adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep
fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan turunan.
Secara sintaksis adverbia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Adverbia dapat mendampingi adjektiva, verba,
numeralia, atau preposisi.
2.
Adverbia
tidak dapat mendampingi nomina.
Kemudian dilihat berdasarkan
perilaku semantisnya, kata keterangan dibedakan atas:
1.
Kata
keterangan kualitatif, yaitu kata keterangan yang menggambarkan maka yang
berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Contohnya:
paling,
sangat,lebih, kurang
2.
Kata
keterangan kuanitatif, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
jumlah. Contohnya:
banyak, sedikit,
kira-kira, cukup
3.
Kata
keterangan limitatif, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan
pembatasan. Contohnya:
hanya, saja,
sekadar
4.
Kata
keterangan frekuentatif, yaitu kata yang maknanya berhubungan dengan tingkat
kekerapan terjadinya sesuatu yang diterapkan kata keterangan itu. Contohnya:
selalu, sering,
jarang, kadang-kadang
5.
Kata
keterangan waktu, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan waktu
terjadinya peristiwa. Contohnya:
baru, segera,
tadi, kemarin, esok, lusa
6.
Kata
keterangan cara, yaitu kata keterangan yang maknanya berhubungan dengan cara
sesuatu peristiwa berlangsung atau terjadi. Contohnya:
diam-diam,secepatnya,
pelan-pelan
Adverbia dalam
bahasa Indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan
kuaitas dari kategori verba, adjektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Aspek
menerangkan apakah suatu pekerjaan,peristiwa, atau sifat sedang berlangsung,
sudah selesai berlangsung. Modalitas menerangkan sikap pembicara yang
menyangkut perbuatan, peistiwa dan sifat. Kuantitas menerangkan jumlah
terjadinya suatu perbuatan dan peristiwa. Kualitas menjelaskan sifat suatu
perbuatan, peristiwa, dan sifat.
6. Preposisi
Preposisi
merupakan kata penunjuk arah atau tempat. Secara sintaksis, preposisi digunakan
di depan kategori lain, terutama nomina. Jika berada di depan nomina preposisi
membentuk frase eksosentris. Contoh: di,
kepada, buat, bagi, antara, atas, ke, dari sekiar.
Ada tiga jenis
preposisi, yaitu:
1.
Preposisi
dasar, yang sebagai preposisi tidak dapat mengalami proses morfologis.
2.
Preposisi
turunan terbagi atas gabungan preposisi dan preposisi, kemudian gabungan
preposisi dan non-preposisi.
Ada contoh
gabungan preposisi+preposisi, misalnya Ia
berlari dari rumah ke rumah. Ada pula preposisi yang
berasal dari katagori lain, miasalnya pada,
tanpa dan sebagainya. Termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas
lain yang berprefiks se-, misalnya selain, semenjak, sepanjang, sesuai dan
sebagainya.
7. Konjungsi
Konjungsi
merupakan kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam
konstruksi hipotasis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam
konstruksi. Keanekaragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi sulit
dibedakan dari preposisi.
Contoh: - Ia
pergi karena saya.
-
Ia pergi karena saya mengusirnya.
Dalam contoh
pertama karena merupakan preposisi,
karena diikuti oleh satuan kata sehingga merupakan konstruksi eksosentris,
sedangkan pada contoh yang ke dua karena merupakan
konjungsi, karena menghubungkan klausa dan klausa. Menurut posisinya konjungsi
dapat dibagi atas:
1.
Konjungsi
intra-kalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan
kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa.
2.
Konjungsi
ekstra-kalimat terbagi atas konjungsi intratekstual dan konjungsi ekstratektual.
Sesuai dengan
makna stuan-satuan yang menghubungkan oleh konjungsi, kita dapat membedakan
tugas-tugas konjungsi berikut:
1.
Penambahan,
misalnya dan, selain.
2.
Urutan,
misalnya lalu, lantas, kemudian.
3.
Pilihan,
misalnya atau.
4.
Perlawanan,
misalnya tetapi, hanya, sebaliknya.
5.
Temporai,
misalnya ketika, setelah itu.
6.
Sebab,
misalnya lantaran, sebab.
7.
Akibat,
misalnya sehingga, sampai-sampai.
8.
Syarat,
misalnya jikalau, asalkan.
9.
Tak
bersyarat, misalnya meskipun, biarpun.
10. Pengandaian, misalnya andai kata, sekiranya, seumpamanya.
Konstruksi
hipotatis adalah frase gabungan atau klausa gabungan yang secara lahiriah
mempergunakan penghubung. Yang tidak menggunakan penghubung disebut konstruksi
parataktis.
8. Demonstrativa
Demonstrativa
merupakan kata yang dipakai untuk menunjukkan orang atau benda secara khusus.
Kata demonstrativa sering juga dikenal dengan kata tunjuk. Secara sintaksis demonstrative
berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Dalam
konstruksi frase, demonstrative lazimnya mendampingi nomina atau frase nominal,
misalnya itu,ini, begitu, sekian, sedemikian.
Dari sudut bentuk demonstrativa dapat dibedakan atas:
1.
Kata
tunjuk dasar, yaitu ini, itu.
2.
Kata
tunjuk turunan, yaitu berikut, begini,
sekian.
3.
Kata
tunjuk gabungan, yaitu di sana, di situ,
di sini.
Subkategorisasi
ini berdasarkan atas ada atau tidaknya anteseden dalam wacana. Berdasarkan hal
itu demonstrativa dapat dibagi atas:
1.
Demonstrativa
intratekstual atau demonstrativa endoforis. Demonstraiva ini menunjukan sesuatu
yang terdapat dalam wacana dan bersifat ekstrakalimat. Demonstrativa
ekstrakalimat anaforis, yaitu itu,
demikian, begitu, sekian. Sedangkan demonstrativa ekstrakalimat kataforis,
yaitu ini begitu berikut, sebagai
berikut.
2. Demonstrativa ekstratekstual atau
demonstrativa eksoforis atau demonstrativa diektis. Demonstrativa ini
menunjukkan sesuatu yang ada di luar bahasa, dan dapat dibagi atas jauh
dekatnya anteseden dari pembicara.
9. Kata
Tugas
Kata tugas
merupakan istilah bagi kelas kata yang tidak termasuk kelas kata verba, nomina,
adjektiva, dan numeralia. Kata tugas terbagi menjadi beberapa kelas lagi, yaitu
sebagai berikut.
1.
Interjeksi
adalah kategori yang bertugas mengungkap perasaan pembicara.
2.
Artikula
adalah katagori yang mendampingi nomina dasar, misalnya si, sang, hang, dang, para, kaum, umat. Artikulasi dang, sang, dan hang sudah jarang sekali digunakan. Artikula dang ditunjukan untuk perempuan, sedankan artikula hang ditunjukan untuk laki-laki.
3.
Partikel
adalah kata tugas yang tidak dapt diterjemahkan secara pasti apa maksudnya,
misalnya ah, deh, kan, aduh,kok, halo,
hai.
4.
Interogatif
atau kata-kata tanya. Misalnya apa,
siapa, bagaimana.
Sebenarnya ada
satu kategori kata yang oleh kridalaksana (1986) digolongkan sebagai kategori
fatis. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan,
atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan lawan bicara. Sebagian besar
kategori kategoris fatis merupakan ciri ragamlisan. Contohnya kategori fatis
itu antara lain : ah, kok, deh, lah, dan
sebagianya.
DAFTAR PUSTAKA
Alieva. 1991. Bahasa Indonesia deskripsi dan Teori. Kanisius.
Yogyakarta.
Kridalaksana.
Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa
Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Ramlan. M. 2005.
Sintaksis. C.V. Karyono. Yogyakarta.
info yang bagus sekali kak makasih yah
BalasHapuspromo alfamart gopay