2.1 Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa merupakan proses manusia mendapatkan
kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman
dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti
sintaksis,fonetik, dan kosakata yang luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa
vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat.
Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang
mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan
bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang
dewasa.
Pemerolehan bahasa mempunyai suatu permulaan yang
tiba-tiba. Kemerdekaan bahasa mulai sekitar usia satu tahun di saat anak-anak
mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguistik
untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Sedangkan penertian lain perolehan
bahasa yaitu, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang
muncul dari prestasi-prestasi mesin/motor, sosial, dan kognitif pra-linguistik.
Contoh pemerolehan bahasa misalnya seperti yang dialami
anak-anak sejak bayi dalam menguasai bahasa pertama (pemerolehan B1) atau
seseorang yang tinggal dan bergaul dalam masyarakat yang berbahasa lain/asing
melalui pergaulan. Dari pergaulan inilah akhirnya dia menguasai bahasa tersebut
(pemerolehan B2).
Ciri-ciri pemerolehan bahasa pada anak (pemerolehan B1)
adalah:
1.
Berlangsungnya secara bertahap,
berkesinambungan, tidak sekaligus, semakin lama semakin sempurna.
2.
Berkembang sejalan dengan perkembangan
kognitif, daya pikir, daya nalar anak. Pada saat daya pikir anak mulai sempurna
maka kemampuan berbahasa pertamanya itu juga mulai sempurna.
3.
Erat pula hubungannya dengan
perkembangan sosial anak karena bahasa digunakan dalam rangka komunikasi
sosial.
4.
Urutan pengenalan dan penguasaan
keterampilan berbahasanya adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dalam melaksanakan pemerolehan bahasa pertama itu
terbukti ada beberapa strategi pelaksanaan yang digunakan anak-anak, yaitu:
1.
Strategi Peniruan (imitasi)
Apa yang dikatakan anak-anak dan bagaimana mengatakannya,
serta pemerolehan-pemerolehan bahasa lainnya. Semua itu dimulai dengan
peniruan-peniruan terhadap contoh-contoh yang ada disekitarnya.
2.
Strategi Produktivitas
Dengan perbendaharaan bahasa yang sudah dimiliki, anak
berusaha mengguanakannya sebanyak mungkin. Strategi ini dapat juga disebut
strategi praktik.
3.
Strategi Umpan Balik
Setiap kali anak menghasilkan ujaran, dia akan
memperhatikan reaksi atau respon orang: diterima, ditolak, diperbaiki dan
sebagainya. Reaksi oarang ini akan dijadikan anak sebagai umpan balik bagi
ujaran berikutnya.
4.
Startegi Prinsip Operasi
Strategi operasi berarti dalam mempelajari dan
menggunakan bahasa anak secara tidak sadar menerapkan sejumlah prinsip operasi
pemakaian bahasa seperti hindari kekecualian dan hindari pengaturan kembali.
Dalam bahasa manapun selalu ada kekecualian atau hal-hal
yang tak beraturan. Anak-anak biasanya tidak menghiraukan kekecualian ini
karena dia hanya berpedoman kepada aturan umum. Misalnya “belajar” untuk
“belajar” karana anak tahu biasanya awalan ber-
di depan kata dasar tetap ber-.
Seperti sudah dikemukakan bahwa para ahli dibidang
psikolinguistik, yang antara lain meneliti bagaimana manusia memperoleh atau
mempelajari bahasa, telah mengemukaan beberapa teori pembelajaran atau
pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua. Dua diantara
teori-teori tersebut yang paling menonjol dan sering dipertentangkan adalah
teori behavioris dan teori mentalis.
2.2 Teori Behavioris
Teori ini dimotori oleh B.F Skinner dengan bukunya Verbal Behavior (1957). Teori ini
didasarkan pada teori belajar stimulus-repon
(S-R). Berikut ini beberapa catatan pengenai teori pembelajaran atau
pemerolehan bahasa menurut teori behavioris.
1.
Teori belajar behavioris ini bersifat
empiris, didasarkan pada data yang dapat diamati.
2.
Kaum behavioaris menganggap bahwa:
-
Proses belajar pada manusia sama dengan
proses belajar pada binatang.
-
Manusia tidak mempunyai potensi bawaan
untuk belajar bahasa.
-
Pikiran anak merupakan tabula rasa yang
akan diisi dengan asosiasi S-R.
-
Semua prilaku merupakan respon terhadap
stimulus dan perilaku terbentuk dalam rangkaian asosiatif.
3.
Balajar bagi kaum behavioris adalah
pembentukan hubungan asosiatif antara stimulus dan respon yang berulang-ulang
sehingga terbentuk kebiasaan.
Pembentukan
kebiasaan ini disebut pengkondisian.
4.
Pengkondisian selalu disertai ganjaran sebagai penguatan
asosiasi antara S-R.
5.
Bahasa adalah perilaku manusia yang
kompleks diantara perilaku-perilaku lain.
6.
Anak menguasai bahasa melalui peniruan.
7.
Perkembangan bahasa seseorang
ditentukan oleh frekuensi dan intensitas latihan yang disodorkan.
Karena itu, latian tubian
sangat penting dalam pembelajaran bahasa behavioristik. Pemerolehan bahasa
seolh secara disuapi.
2.3 Teori Mentalis
Teori ini dimotori oleh Noam Chomsky (1959) dengan
membahas dan menyerang pendapat skinner. Berikut ini beberapa catatan mengenai
teori pembelajaran dan pemerolehan bahasa menurut teori mentalis.
1.
Bahasa hanya dapat dikuasai oleh
manusia.
2.
Perilaku bahasa adalah sesuatu yang
diturunkan.
3.
Pemerolehan bahasa berlangsung secara
alami.
4.
Pola perkembangan bahasa sama pada
berbagai macam bahasa dan budaya. Lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam
pemerolehan bahasa.
5.
Anak (setiap orang) sudah dibekali apa
yang disebut piranti penguasaan
bahasa ‘Language Acquisition Device (LAD)’ sebagai bawaan dari lahir yang
antara lain meliputi:
-
Kemampuan membedakan bunyi bahasa
dengan bahasa-bahasa lain;
-
Kemampuan menyusun bahasa menjadi sistem
struktur;
-
Pengetahuan yang mungkin dan tidak
mungkin diterima dalam sistem linguistik.
6.
Aliran mentalis tidak setuju menyamakan
proses belajar pada manusia dengan yang terjadi pada binatang. Manusia memiliki
akal dan pikiran yang kompleks. Binatang mempuyai naluri.
7.
Belajar bahasa tidak hanya sekedar
latihan-latihan mekanis seperti yang ditonjolkan teori behavioris, melainkan
lebih kompleks dari itu.
8.
Ada beberapa teori yang tergolong aliran mentalis ini, misalnya:
-
Teori Tatabahasa Universal
-
Teori Monitor
-
Teori Kognitif.
Seperti sudah
dikemukakan bahwa teori behavioris dan teori mentalis merupakan dua teori
belajar bahasa yang dalam banyak han bertentangan sehingga membentuk dua kubu
tempat berhimpun masing-masing pengikutnya. Dalam situasi seperti ini biasanya
selalu muncul teori-teori lain yang mencoba menjembatani atau mencari jalan
tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar