ANALISIS PUISI “GEMBALA” KARYA MUHAMMAD YAMIN
Oleh: Edi Susilo
Gembala
Oleh: Muhammad
Yamin
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
Puisi yang berjudul Gembala karya Muhammad Yamin tersebut memiliki makna yang
sederhana. Penyair hanya ingin menceritakan kehidupan seorang anak yang sedang
mengembala kerbaunya. Penyair berusaha menampilkan kesan yang mendalam pada
pembaca tentang aktivitas pengembala. Puisi tersebut juga mempunyai rasa. Penyair
menujukkan rasa yang ditampilkan hanya sederhana yaitu rasa senang yang
ditunjukkan oleh pengembala saat mengembalakan kerbaunya. Rasa senang dan
bahagia itu tergambar pada saat pengembala duduk tenang di bawah pohon yang
rindang sambil bernyanyi.
Puisi Gembala karya
Muhammad Yamin di atas juga menggunakan
diksi, bunyi, nada, huruf vokal, majas, dan irama untuk memperindah tiap larik
puisi yang dibuat.
1. Diksi
Diksi yang dipilih penyair tidak terlalu sulit untuk
diterjemahkan. Diksi-diksi yang dipilih lumayan sederhana sehingga pembaca
tidak kesulitan untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Diksi yang
digunakan hanya sederhana, namun diksi-diksi itu merupakan kata yang indah. Puisi
Gembala karya Muhammad Yamin menggunakan diksi yang sederhana,
contohnya frase /tiada berbaju/ yang
berarti tidak memakai baju.
Penyair juga lebih memilih kata yang menarik dan
romantis, misalnya kata /senja/ yang
sama artinya dengan sore ataupun petang. Penyair lebih suka menggunakan kata
senja sehinggga bisa dihubungkan atau dikombinasikan dengan kata selanjutnya.
Larik dalam puisi Gembala karya
Muhammad Yamin yang menggunakan kata /senja/
adalah /pulang ke
rumah di senja kala/.
Penyair juga memilih kata indah yang lain dalam
puisinya yaitu pada larik /melagukan alam
nan molek permai/. Penyair tidak melihat status si pengembala yang hanya
pekerjaan biasa, namun oleh penyair dibuat suasana mengembala itu indah dengan
cara menampilkan kata-kata yang indah pula. Kata-kata yang dipilih oleh penyair
itu akan membuat pembaca bisa ikut merasakan suasana pengembalaan tersebut.
2. Bunyi dan Huruf Vokal
Bunyi dalam puisi berperan sangat penting, karena
bunyi menimbulkan efek dan kesan tertentu. Bunyi dapat menekankan arti,
mengintensifkan makna kata dan kalimat, bahkan dapat mendukung penciptaan
suasana tertentu dalam puisi. Bunyi yang terdapat pada puisi Gembala karya Muhammad Yamin didominasi
bunyi vokal a. Bunyi vokal a hampir terdapat pada semua kata dan
baris. Kehadiran bunyi vokal a ini
akan memberikan efek yang halus karena bunyi vokal a merupakan bunyi rendah. Larik /seorang saja di tengah padang/ /tiada
berbaju buka kepala/ dan /beginilah nasib anak gembala/ ini
mempunyai bunyi yang membuat unsur keindahan pada puisi.
Penyair juga menampilkan kombinasi bunyi yang indah,
yaitu kombinasi bunyi i dan u yang letaknya berselang-seling dalam
kata. Kombinasi itu menimbulkan kesan yang bervariasi dalam pengucapan dan
bunyi itu akan mempengaruhi keindahan pada saat puisi itu dibacakan. Kombinasi
bunyi itu terdapat pada larik /Jauh
sedikit sesayup sampai/.
Sajak yang ditampilkan dalam puisi di atas sangat
beragam. Terdapat banyak asonansi dalam puisi tersebut, namun asonansi a lebih mendominasi. Asonansi a
akan sering muncul sehubungan dengan kata yang mengandung bunyi a /perasaan siapa ta ‘kan nyala/ asonansi a ditimbulkan pada setiap kata yang
menyusun baris kutipan larik tersebut. Asonansi a ini akan menimbulkan suasana melemah. Selain asonansi a, ada juga asonansi yang lain, yaitu e dan u. Asonansi itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
Melihat
anak berelagu dendang
Maulah aku menurutkan dikau
Selain terdapat asonansi, juga terdapat bunyi yang
hampir sama pada kata yang berurutan. Namun, kemiripan bunyi itu membuat puisi
menjadi lebih indah. Kata yang berkesinambungan itu seakan-akan membawa dampak keserasian
yang indah pada pengucapan.
Jauh sedikit
sesayup sampai
...
Persamaan bunyi se-
dan sa- yang terdapat dalam kutipan
larik di atas merupakan serangkaian sajak awal yang identik.
Puisi Gembala juga
terdapat rima akhir yang sama. Hal itu terlihat pada kutipan dibawah ini.
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai
gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku
menurutkan dikau
Kesamaan
rima akhir itu merupakan bunyi diftong dalam bahasa Indonesia, yaitu diftong ai
dan au. Penambahan bunyi diftong ini memperindah bunyi kata dan mempercantik
kejelasan pendengaran penyimak. Selain itu, efek dari bunyi diftong juga memperkuat
makna.
3. Nada
Nada
dalam membaca puisi akan menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada
duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba di hati pembaca.
Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan
bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk. Puisi yang
berjudul Gembala karya Muhammad Yamin
ini juga akan terasa indah apabila dibaca dengan menggunakan nada yang tepat
dan akan membuat pendengar merasakan langsung suasana yang terdapat dalam puisi
tersebut.
Penyair menciptakan puisi itu guna menceritakan
sekaligus memberitahukan kepada pembaca
tentang kehidupan seorang pengembala. Bagaimana seorang pengembala
mengembalakan kerbaunya, bagaimana dia berpakaian, kapan dia pergi, di mana dia
mengembala, dan apa saja yang dilakukannya saat mengembala. Dengan memberikan
gambaran-gambaran semacam itu, penyair berusaha membagi pengetahuan kepada
pembaca tentang kehidupan sisi lain dari seorang pengembala.
Setelah penyair menyampaikan maksudnya lewat rangkaian
kata-katanya itu, maka pembaca diharapkan bisa mengambil pelajaran yang positif
dari peristiwa tersebut. Misalnya,
setelah membaca itu, pembaca akan meniru kerajinan pengembala yang pergi pagi
pulang petang untuk mengembalakan kerbaunya. Mungkin juga pembaca akan meniru
keuletan dari si pengembala yang tahan
terhadap cuaca walaupun tanpa baju dan berada di alam bebas. Jadi, dari puisi
tersebut, pembaca dapat mengambil banyak pelajaran.
4. Majas
Puisi Gembala karya
Muhammad Yamin ini tidak mengandung majas yang berlebihan. Penyair hanya
menyisipkan majas metafora untuk memperlembut keadaan. Hal itu terlihat pada kutipan larik puisi di
bawah ini.
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
kutipan larik /wahai gembala di segara hijau/ pada puisi Gembala karya Muhammad Yamin ini juga
menggunakan majas hiperbola. Frase /segara
hijau/ dianggap sebagai unsur majas hiperbola karena frase itu seakan-akan
melebih-lebihkan makna luas. Frase /segara
hijau/ menjelaskan tentang lapangan rumput yang digunakan pengembala untuk
mengembalakan kerbaunya, namun oleh penyair lapangan rumput itu digambarkan
sangat luas bagaikan lautan.
5. Irama
Irama
merupakan gerakan berturut-turut atau turun naik bunyi secara beraturan.
Definisi irama seharusnya memperhatikan susunan kata yang dalam bahasa
Indonesia terdiri dari dua sampai empat suku kata. Puisi yang berjudul Gembala karya Muhammad Yamin ini menggunakan
beberapa jenis irama. Larik kedua, ketiga, keempat, keenam, kedelapan,
kesembilan, kesepuluh, kesebelas, dan kedua belas menggunakan jenis irama molto allegro karena terdiri dari vokal a, i, u, e, dan o. Larik pertama, kelima, ketujuh, ketiga belas, dan keempat belas
menggunakan jenis irama allegro
karena hanya menggunakan tiga vokal a, i,
dan u. Puisi Gembala karya Muhammad Yamin ini tidak menggunakan irama adante yang hanya terdiri dari dua huruf
vokal.
Maksud saya tergolong puisi apa kakak?!!
BalasHapusRima dari.perasaan siapa tidaklah nyala
BalasHapusMelihat anak berlagu deng
Seorang anak di tengah padang
Tengah duduk menunggu serangga.
Apakah rima dari puisi tersebut?