Obsevasi, Analisis Data, Tindak Lanjut,
dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Langkah-langkah yang diuraikan
dalam Kegiatan Belajar (KB) ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh
dengan langkah-langkah yang telah Anda kaji dalam KB 1. Oleh karena itu,
kegiatan pengkajian dalam KB 2 ini akan selalu dikaitkan dengan KB 1.
Pengkajian yang terdiri dari observasi atau pengamatan dan interpretasi,
analisis data termasuk refleksi, tindak lanjut, serta laporan akan mengarahkan
Anda pada pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu
kesatuan yang utuh. Pemahaman ini kan memandu Anda untuk mampu melaksanakan
PTK, yang akan ditugaskan pada modul-modul berikutnya.
Setelah menyelesaikan kegiatan
belajar ini Anda diharapkan dapat menjelaskan dan merinci kaidah-kaidah dalam
melakukan pengamatan/interpretasi, analisis data, refleksi, serta mampu
merincilan langkah-langkah dalam merencanakan tindak lanjut dan menyusun laporan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat, serta
kerjakan latihan secara disiplin. Sama halnya dengan KB 1, dalam kegiatan ini Anda
juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, meskipun ruang lingkup
kajian ini masih dalam tingkat pemahaman, belum sampai kepenerapan.
A. Observasi dan
Interpretasi
Dalam KB 1 sudah ditekankan bahwa pelaksanaan
tindakan disertai dengan observasi atau pengamatan dan sekaligus interpretasi
terhadap data tentang proses dan hasil tindakan, sehingga dapat dikatan
pelaksanaan tindakan dan observasi/interpretasi berlangsung simultan. Artinya,
data yang diamati tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekadar direkam.
Misalnya, jika guru memberi pujian kepada siswa, yang direkam bukan hanya jenis
pujianm yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak
ini dapat diinterpretasikan dari sikap dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai aktor utama dapat
melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitennya sebagai pengajar tidak
terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika
ternyata pujian yang diberikan membuat siswa bersemangat, guru akan meneruskan
pujian ini, namun apabila pujian ini membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru
akan mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data
memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman
faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam
yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada hasil rekamannya. Misalnya,
sebagaimana yang dirujuk oleh Raka Joni (ed.), 1998, pengamatan ala Flanders
yang hanya merekam data dalam tiga kategori yaitu: pembicaraan guru,
pembicaraan siswa, dan sepi (tanpa pembicaraan), tidak memerlukan interpretasi
padasaat rekaman dilakukan. Inilah yang dinamakan low-inference observation, sedangkan pengamatan yang
mempersyaratkan interpretasi atau penafsiran ketika merekam data disebut
sebagai high-inference observation.
Selanjutnya, dalam langkah
persiapan pelaksanaan disebutkan bahwa salah satu hal yang harus dipersiapkan
adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus direkam dan bagaimana
merekamnya harus ditentukan secara jelas. Salah satu cara untuk merekam dan mengumpulkan
data adalah dengan observasi atau pengamatan. Sesuai dengan hakikat PTK dan
mengacu kepada peran guru sebagai aktor utama dalam PTK, idealnya observasi
tersebut dilakukan oleh guru itu sendiri. Namun, jika observasi atau perekaman
data dalam mengajar terlalu menyita waktu guru dan menyebabkan konsentrasi guru
dalam mengajar tergangu, maka guru dapat menggunakan bantuan alat perekam atau
meminta teman sejawat untuk membantu mengumpulkan data melalui observasi.
Agar kajian kita menjadi lebih
sistematis, mari kita bahas observasi ini dari berbagai aspek, mulai dari
prinsip dan jenis-jenisnya, tujuannya, serta prosedurnya.
1)
Prinsip
dan Jenis Observasi
Secara sederhana, observasi berarti
pengamatan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, penggunaan istilah
observasi dan pengamatan sering dipertukarkan. Khusus dalam konteks PTK,
observasi mempunyai makna yang sangat khas, yang membedakannya dari observasi
dalam penelitian formal. Berkaitan dengan ini, observasi yang baik mempunyai
prinsip dasar atau karakteristik yang harus diperhatikan, baik oleh pengamat
maupun yang diamati. Hopkins (1993) menyebutkan ada lima prinsip dasar atau
karakteristik kunci observasi, yang secara singkat dapat dideskripsikan sebagai
berikut ini.
a.
Perencanaan Bersama
Observasi yang baik diawali dengan
perencanaan bersama antara pengamat dan yang diamati, dalam hal ini antara
teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar.
Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling percaya dan
menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan diamati, pelajaran yang akan
berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada siswa, dan dimana pengamat akan
duduk.
b.
Fokus
Fokus pengamatan mungkin sangat luas
atau umum, tetapi dapat pula angat khusus atau spesifik. Fokus yang luas akan
menyebabkan pengamat lebih banyak mengandalkan pertimbangan yang bersifat
subjektif dalam menafsirkan data, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi
guru yang diamati, kecuali jika berbagai hal telah disepakati sebelumnya.
Sebaliknya, fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan profesional guru.
c.
Membangun Kriteria
Observasi akan sangat membantu guru,
jika kriteria keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati
sebelumnya. Misalnya, guru menargetkan akan melibatkan minimal 30 orang dari 35
orang siswanya dalam diskusi kelas. Dengan kriteria seperti ini, pengamat
dapatmerekam data yang memang relevan. Atau, sebelum pengamatan, pengamat dan
guru menyetujui bahwa pengamat akan merekam kebermaknaan respons siswa dengan
cara mencatat kemunculannya dan memberi komentar.
d.
Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki
minimal tiga keterampilan, yaitu (1) dapat menahan diri untuk tidak cepat
memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan
suasana yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang
menakutkan guru atau siswa: dan (3)
menguasai berbagai teknik untuk menemukan perstiwa atau interaksi yang tepat
untuk direkam, serta alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode
tertentu.
e.
Balikan (Feedback)
Hasil observasi dapat memanfaatkan jika
ada balikan yang tepat, yang disajikan dengan meperhatikan hal-hal berikut.
1)
Diberikan segera setelah
pengamatan, dalam bentuk diskusi.
2)
Balikan diberikan
berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan sistematis.
3)
Data diinterpretasikan
sesuai denga kriteria yang sudah disepakati sebelumnya.
4)
Guru yang diamati
diberi kesempatan pertama untuk menafsirkan data.
5)
Diskusi mengarah kepada
perkembangan strategi untuk membangun apa yang tela dipelajari.
Setelah membaca kelima
perinsip tersebut, coba vari contoh-contoh yang mencerminkan penerapan setiap
prinsip. Diskusikan contoh yang Anda temukan dengan teman sejawat.
Setelah mendiskusikan contoh-contoh
penerapan yang Anda temukan, kini mari kita lanjutkan dengan jenis-jenis
observasi. Dilihat dari cara melakukannya, observasinya dapat dibedakan sebagai
berikut.
a.
Observasi Terbuka
Dalam observasi terbuka, pengamat tidak
menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk
merekap pelajaran yang diamati. Dia dapat menggunakan teknik-teknik tertentu
untuk merekam jalannya perbaikan sehingga dapat mengkonstruksi pelajaran yang
berlangsung. Jika Anda dikunjungi oleh pengawas dan pengawas mengamati Anda mengajar, apakah ada lembaran
observasi yang digunakan? Jika tidak, maka pengamatan yang dilakukan oelh
pengawas terhadap kelas Anda dapat dikategorikan sebagai observasi terbuka.
Pengawas mengamati kelas Anda kemudian membuat catatan pada kertas kosong
tentang jalan pelajaran yang berlangsung.
b.
Observasi Berfokus
Berbeda halnya dengan observsi terbuka,
observasi berfokus ecara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu
dari pembelajaran. Misalnya, yang diamati kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi, dampak penguatan bagi siswa, atau jenis pertanyaan yang
diajukan guru. Tentu semua fokus ini telah disepakatisebelum berlangsungnya
observasi.
c.
Observasi Terstruktur
Jika observasi terbuka hanya menggunakan
kertas kosong sebagai alat perekam data, observasi terstruktur menggunakan
instrumen observasi yang terstruktur dan terpakai, sehinga pengamat hanya
tinggal membubuhkan tanda ( √ ) pada
tempat yang disediakan. Misalnya, yang direkam adalah frekuensi penguatan yang
diberikan, atau jumlah pertanyaan yang diajukan, atau jumlah siswa yang
menjawab secara sukarela, atau jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan.
Pengamat hanya tingal memberi tanda ( V ) setiap kali peristiwa itu muncul.
d.
Observasi Sistematik
Observasi sistematik lebih terinci dari
observasi terstruktur dalam kategori data yang diamati. Misalnya dalam
pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
Contoh lain yang sudah dikenal amat luas adalah kategori pengamatan dari
Flanders yang membagi data pengamatan menjadi tiga kategori, yaitu pembicaraan
guru, pembicaraan siswa, sepi atau senyap.
Setelah mengerjakan tugas tersebut,
Anda tentu telah dapat menentukan kapan setiap observasi digunakan. Dengan
demikian, Anda akan dapat menentukan jenis observasi yang akan Anda gunakan
jika Anda memerlukan observasi untuk mengumpulkan data dari pembelajaran yang
Anda kelola. Semua jenis observasi mempunyai peluang untuk dipilih sesuai
dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan.
2) Tujuan/Sasaran Observasi
Secara umum, observasi bertujuan
untuk mengumpulkan datayang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam
penelitian formal observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang valid dan
reliabel (sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab
berbagai pertanyaan penelitian atau oenguji hipotesis. Dalam PTK, observasi
terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang
direncanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah
proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan
perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya
digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan.
3) Prosedur Observasi
Pertemuan Perencanaan
|
Pertemuan Balikan
|
Pengamatan
|
Mari
kita kaji langkah-langkah tersebut satu persatu.
a.
Pertemuan Pendahuluan
Pertemuan pendahuluan yang sering disebut sebagai pertemuan
perencanaan dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini
adalah untuk menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan
diamati dan observasi yang akan dilakukan, sebagaimana yang telah Anda kaji
pada prinsip pertama observasi. Langkah-langkah dan konteks pembelajaran, fokus
observasi, kriteria observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan sebagainya
dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini. Fokus observasi miasalnya
siswa yang memberi respons secara sukarela, siswa yang mendapat penguatan, atau
jenis pertanyaan yang diajkan oleh guru, sedangkan contoh kriteria observasi
adalah: peningkatan sumber belajar yang dipakai siswa, peningkatan jumlah
pertanyaan yang diajukan siswa; peningkatan rasa puas pada diri siswa, dan
peningkatan jumlah siswa yang menjawab dengan benar.
b.
Pelaksanaan Observasi
Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan
pendahuluan, observasi dilakukan terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan,
yang tentu saja terfokus pada perilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa,
dan interaksi antara guru dan siswa. Pengamat merekam dan menginterpretasikan
data sesuai dengan kesempakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung
berlangsungnya proses perbaikan.
c.
Diskusi Balikan
Sesuai dengan prinsip pemberian balikan,
pertemuan balikan dilakukan segera setelah tindakan perbaikan yang diamati
berakhir. Makin cepat pertemuan ini dilakukan makin baik, dan sebaiknya
diusahakan agar pertemuan ini tidak ditunda lebih dari 24 jam. Dalam pertemuan
ini, guru dan pengamat berbagi informasi yang dikumpulkan selama pengamatan,
mendiskusikan/ menginterpretasikan informasi tersebut, seta mengambil tindakan
lanjut jika diperlukan.
Dengan
menyimak contoh di atas, Anda akan dapat membayangkan situasi observasi dan
hubungan antara guru dan pengamat. Agar ketiga tahap observasi ini dapat
berlangsung secara efektif, Anda perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut,
yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993). Pertama, hubungan antara guru
dan pengamat haruslah didasari rasa saling percaya, sehingga pengamatan dapat
berlangsung dalam iklim yang mneyenangkan dan saling mambantu. Kedua, fokus
kegiatan pengamatan haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong
keberhasilan strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik
terhadap kepribadian/perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga, proses
didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data observasi, bukan pada
keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi.
Keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentang pembelajaran
yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu membuat hipotesis
yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang. Kelima, setiap tahun dari
tiga tahap ini merupakan proses yang berlanjut dan yang satu selalu bertumpu
pada yang lain. Terakhir, guru dan pengamat bersama-sama terlibat dalam proses
pertumbuhan profesional yang saling menguntungkan. Kemampuan mengajar dan
keterampilan mengobservasi akan meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap
observasi secara benar.
B. Analisis
Data dan Refleksi
Sebelum
mengkaji analisis data dan refleksi, ada baiknya kita kaji dulu berbagai teknik
pengumpulan data yang dapat menghasilkan berbagai jenis data. Langkah observasi
menghasilkan data hasil observasi. Di samping data yang dikumpulkan dengan
observasi, masih banyak data pembelajaran yang dapat dikumpulkan dengan
berbagai teknik lain, seperti catatan harian guru, catatan harian siswa,
rekaman dan tape-recordier, angket,
wawancara, dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa. Catatan harian guru
atau yang disebut field note, dibuat oleh guru segera setelah pembelajaran
selesai. Guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pembelajaran,
seperti partisipasi siswa yang diangap istimewa, reaksi guru yang menimbulkan
berbagai repon dari siswa, atau kesalahan yang dibuat siswa karena guru membuat
kekeliruan. Catatan ini akan sangat berharga bagi guru karena merupakan hasil
observasi, reaksi, dan refleksi guru terhadap pembelajaran yang dikelolanya. Di
samping itu, catatan guru dapat merupakan rekaman perkembangan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai guru. Catatan harian siswa, merupakan catatan harian
yang dibuat oleh siswa secara bebas tentang pelajaran tertentu..Catatan ini
dapat berisis segala pendapat, reaks, atau mungkin bahkan saran siswa tentang
pembelajaran yang dihayatinya. Guru dapat meminta siswa mengumpulkan catatan
harian tersebut pada waktu-waktu tertentu, sehingga guru dapat memanfaatkannya
dalam memperbaiki pembelajaran. Rekaman dengan tape-recorder merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data
penting yang berkaitan dengan interaksi di luar kelas. Misalanya, untuk
mendapatkan data tentang kualitas pertanyaan/respons siswa dalam diskusi,
teknik rekaman merupakan teknik yang cukup efektif, meskipun untuk mengubahnya
ke dalam transkrip memerlukan waktu yang cukup banyak. Angket atau kuisioner,
dapat digunakan untuk menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran, asal
dibuat secar sederhana serta memuat pertanyaan yang direspons secara bebas
(terbuka) oleh siswa. Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkapkan pendapat
siswa tentang pembelajaran. Dalam hal ini, wawancara dapat terjadi antara guru
dan siswa, pengaat dan siswa, serta siswa dan siswa, sedangkan wawancara antara
pengamat dan guru terjadi pada tahap pertemuan pendahuluan dan diskusi balikan.
Agar wawancara dapat berlangsung secara efektif suasana yang kondusif harus
diciptakan terlebih dahulu. Terakhir, bukti-bukti berupa dokumen, seperti hasil
belajar siswa, yang dapat berupa, hasil latihan, atau ulangan dapat dimanfaatkan sebagai data yang dapat
memberi informasi terhadap kualitas perbaikan.
1.
Analisis
Data
Salah
satu ciri guru yang profesional adalah mampu mengambil keputusan, baiksebelum,
selama, maupun setelah pembelajaran berlangsung. Keputusan yang diambil
didasarkan pada berbagai pertimbangan yang berasal dari berbagai sumber. Dalam
kaitan dengan PTK, sumber pertimbangan tersebut adalah data yang terkumpul baik
melalui observasi maupun dengan teknik lain. Agar data tersebut bermakna
sebagai dasar untuk mengambil keputusan, data tersebut harus dianalisis atau
diberi makna.
Analisis
data pada tahap ini agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap
observasi. Jika interpretasi dilakukan setiap saat observasi dan pada
pertemuan/diskusi balikan, maka analisis data dilakukan setelah satu paket
perbaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan. Misalnya, jika
perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran maka analisis data
dilakukan setelah keenam pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada
setiap pembelajaran akan terjadi interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan
peyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara
keseluruhan untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis
perbaikan yang dirancang guru.
Analisis
data dapat dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyelidiki dan mengelompokkan,
kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data, dan terakhir menyimpulkan
atau memberi makna. Pada tahap pertama, data diseleksi, difokuskan, jika perlu
ada yang direduksi akrena itu data ini sering disebut reduksi data. Kemudaian
data diorganisasikan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan peneliti yang
ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini
dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun,
tabel. Akhirnya, berdasarkn paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik
kesimpulan dalam bentuk pertanyaan atau formula singkat.
Tanpa
analisis data, guru tidak akan dapat memperkirakan dampak perbaikan yang
dilakukannya. Selanjutnya, analisis data akan membatu guru melakukan refleksi,
yaitu mengingat kembali segala perilakunya ketika mengajar dan mencoba
merenungkan mengapa ia berperilaku seperti itu dan mengapa siswa merespons
seperti itu. Mari kita kaji sekarang tahap refleksi.
2. Refleksi
Melakukan
refleksi tidak ubahnya seperti berdiri di depan cermin untuk melihat kembali
bayangan kita atau memantulkan kembali
kejadian yang perlu kita kaji. Dengan dibantu oleh hasil analisis data, guru
mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan mengapa seperti itu
terjadinya. Ia juga mencoba merenungkan mengapa satu usaha perbaikan berhasil
dan mengapa yang gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang
telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki
lagi dalam pembelajaran berikutnya.
Refleksi
dilakukan melalui analisis dan sintesis, serta induksi dan deduksi. Analisis
dilakukan dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian-kejadian atau
peristiwa yang menyebabkan munculnya sesuatu yang diharapkan atau tidak
diharapkan. Misalnya, dalam paparan data tercantum, bahwa terdapat tiga kali
interaksi yang sangat seru antara siswa. Guru mengingat lagi apa yang memicu
terjadinya interaksi yang seru tersebut. Dari hasil refleksi guru menemukan
bahwa interaksi tersebut berawal dari pertanyaan guru yang menantang siswa
untuk berpikir menemukan cara untuk mengantisipasi datangnya bencana alam.
Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang siswa, kemudian guru meminta tanggapan
dari siswa lain. Akhirnya tanpa diminta, siswa lain menanggapi pendapat
temannya. Guru mencoba menyintesiskan kejadian tersebut, dan sampai pada
kesimpulan bahwa jenis pertanyaan dan teknik memindahkan giliran dapat
meningkat partisipasi siswa. Berdasarkan renungan tersebut, guru berencana akan
menggunakna teknik memindahkan giliran secara teratur. Namun, guru menyadari, interaksi yang sangat
seru tersebut mengundang munculnya iklim yang kurang sehat karena siswa secara
bebas menanggapi pendapat temennya, sehingga sampai ada yang menyinggung
perasaan. Guru kembali mengingat mengapa hal tersebut sampai terjadi. Dari
hasil renungan tersebut, guru menyadari bahwa ia tidak pernah memberi aturan
sebelum diskusi dimulai. Ia juga sadar bahwa ia membiarkan saja para siswa
berbicara tanpa kendali, sehingga suasana yang mengarah ke iklim yang tidak
sehat itu terjadi. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut
padapembelajaran yang akan datang, guru merencanakan akan menyampaikan aturan
diskusi pada awal pelajaran dan mencoba mengendalikan diskusi secara lebih
sistematis.
C. Perencanaan Tindak Lanjut
Sebenarnya
sudah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau kesimpulan
yang di dapat pada analisis data dan setelah melakukan refleksi digunakan untuk
membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil
menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan
refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila
perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjadi maka akan terdapat siklus 2 PTK
yang langkah-langkahnya tetap sama, yaitu perumusan maslah, perencanaan
tindakan, pelakanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta analisis data
dan refleksi. Siklus ini akan berulang kembali jika pada siklus 2,tindakan
perbaikan masih belum berhasil menjawab maslah yang menjadi kerisauan guru,
atau dengan perkataan lain perbaikan belum terjadi sesuai denganyang
ditargetkan. Siklus PTK akan berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan.
D. Laporan
Laporan
penelitian merupakan dokumentasi dari penelitian yang dilakukan. Dlama penelitian
formal, laporan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh
peneliti, lebih-lebih apabila penelitian itu dilakukan berdasarkan satu niat
tertentu atau pesanan dari satu lembaga. Skripsi, tesis, dan disertasi
merupakan laporan penelitian yang dikerjakan dengan niat tertentu, sedangkan
laporan penelitian itu seperti laporan penelitian hibah bersaing merupakan
contoh dari penelitian yang dikerjakan berdasarkan pesanan. Laporan penelitian
memang merupak satu dokumen penting yang mendokumentasikan segala komponen
penelitian mulai dari latar belakang munculnya masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis
data, temuan dan diskusi, serta kesimpulan dan rekomendasi. Selain untuk memenuhi
persyaratan, laporan penelitian juga dibuat untuk didesesiminasikan atau
disebarkan, baik melalui jurnal maupun berbagai pertemuan. Dengan cara ini
hasil penelitian akan dapat diketahui/dimanfaatkan oleh banyak pihak.
Dalam
PTK, yang aktor utamanya adalah guru, laporan penelitian terutama bermanfaat
bagi guru dan tentu saja sekolah tempat guru mengajar. Jika guru membuat
laporan PTK, laporan ini dapat dibaca oleh guru lain, sehingga
strategi-strategi perbaikan yang diterapkan dapat ditelaah dan barangkali dapat
dicoba, lebih-lebih jika kerisauan yang dihadapi guru ada persamaannya.
Penyebaran laporan PTK dilakukan sebagai bagian interaksi serta tilik
kesejawatan (peer review) yang
kondusif bagi pertumbuhan profesional. (Raka Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto,
1998), dalam kaitan ini, ciri PTK sebagai reflective
practice made public terealisasikan, Laporan juga sangat penting dibuat
oleh guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. Disamping untuk
meningkatkan kemampuan profesional, penulisan laporan penelitian juga mempunyai
manfaat praktis yaitu sebagai syarat untuk memenuhi angka kredit kenaikan
pangkat.
Dengan
menulis laporan penelitian guru berlatih menjalankan fungsi yang sesungguhnya
sebagai seorang peneliti.
Guru
dapat membuat laporan PTK setelah tindakan perbaikan berhasil menjawab masalah
yang menjadi kerisauan guru. Laporan tentu harus mencakup semua tahap yang
dilakukan guru dalam melaksanakan PTK mulai dari munculnya masalah,
menganalisis masalah, merumuskan masalah, merencanakan perbaikan, melaksanakan
perbaikan, observasi dan interpretasi, serta analisis data dan refleksi. Jumlah
siklus PTK yang dilaksanakan sampai tercapainya tujuan perbaikan juga sangat
perlu dilaporkan. Sebagai puncak dari laporan ini, guru akan melaporkan temuan
yang didapat dari pelaksanaan PTK dan barangkali juga melaporkan berbagai
kendala yang dihadapi. Laporan penelitian biasanya diakhiri dengan kesimpulan
dan rekomendasi. Sebagai satu laporan penelitian, laporan ini tentu harus
memenuhi kaidah tertentu, terutama sistematika laporan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar