Menganalisis Unsur
Intrinsik Novel Remaja
Oleh: Edi Susilo, S.Pd.
Novel
merupakan cerita rekaan atau cerita yang direka-reka, dibuat ada,
direkayasa. Untuk
itulah diciptakan tokoh dan diberi watak agar tokoh tersebut
seolah-olah ada. Watak tersebut dapat dilukiskan pengarangnya secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung artinya pengarang
melukiskan watak tokoh dengan
pernyataan-pernyataan pengarang secara langsung.
Misalnya: Boneta
gadis yang baik dan rajin. Setiap hari kulihat dia selalu
menimba air untuk ibunya, menyapu halaman rumahnya kemudian baru
berangkat sekolah.
Kebaikan hatinya pernah kurasakan ketika pada suatu hari sepedaku rusak, ia
datang ke rumahku
menawariku agar mau diboncengkannya.
Secara tak
langsung artinya pengarang melukiskan watak tokohnya
dengan percakapan atau dialog-dialog pelakunya. Dari percakapan antara
pelaku-pelaku tersebut, pembaca dapat menaksirkan watak tokoh tersebut.
Misalnya: “Aku benar-benar kesal dengan Fuad. Selalu
saja tak
pernah tepat waktu!”
kata Regar.
“Sudahlah,
sabar ... tunggu saja, pasti datang! Kata Tomas sambil membaca
buku.
“Walau suka
datang terlambat, tapi dia kan jago matematika,” kata Tomas
kembali.
“Yah, begitulah sang juara itu!”
Tapi dia harus belajar
menepati janji
dong!” kata Regar.
Berdasarkan
kedua contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa watak Boneta adalah baik dan
rajin. Hal ini dinyatakan langsung oleh pengarangnya. Watak Fuad adalah tidak
pernah menepati janji walaupun pandai. Hal ini diketahui pembaca dari percakapan
pelaku-pelakunya.
1.
Penokohan
Seorang tokoh
dalam cerita mempunyai watak atau karakter. Tokoh atau pelaku menjadi pemegang
peranan atau peran utama dalam karya satra. Manusia, binatang, atau tumbuhan
juga bisa menjadi tokoh cerita.
Penokohan adalah
cara pengarang menggambarkan watak dan bentuk fisik pelaku di dalam karyanya.
Pengarang dapat menggambarkan pelaku baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dilihat dari watak atau karakternya, tokoh dibedakan sebagai berikut.
a. Tokoh protagonis adalah pelaku yang mempunyai
watak yang baik benar, dan tidak jahat. Tokoh protagonis disebut juga tokoh
putih.
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran,
kejujuran, atau pendek kata tokoh yang memiliki sifat-sifat yang baik.
b. Tokoh antagonis adalah pelaku yang
menimbulkan konflik atau permasalahan di dalam cerita. Tokoh antagonis disebut
juga tokoh hitam karena memiliki watak yang jahat. tokoh
antagonis adalah tokoh yang justru melawan kebenaran,
kejujuran
Dilihat dari kepentingan pengarang,
tokoh dibedakan sebagai berikut.
a. Tokoh utama adalah pelaku yang mempunyai
peranan yang sangat utama atau penting dalam cerita. Pelaku ini selalu hadir
dalam setiap kejadian atau peristiwa dalam cerita.
b. Tokoh pembantu adalah pelaku yang membantu
pelaku utama dalam rangkaian cerita.
Pengarang dapat
menampilkan sifat atau karakter tokoh dalam cerita melalui berbagai cara
seperti di bawah ini.
a.
Penggambaran bentuk lahir tokoh
Pengarang menggambarkan karakter tokoh
dari segi lahiriah. Ciri-cirinya meliputi keadaan fisik atau bentuk tubuh,
tingkah laku, cara berpakaian, serta apa yang dikenakan atau apa yang
dibawanya.
b. Penggambaran jalan pikiran tokoh atau apa
yang terlintas dalam pikirannya.
Pengarang menggambarkan karakter tokoh
melalui jalan pikiran atau perasaan tokoh tersebut.
c. Penggambaran reaksi tokoh terhadap
peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Penggambaran ini merupakan paparan
tentang cara tokoh menanggapi suatu masalah atau peristiwa yang terjadi.
d. Penggambaran keadaan sekitar tokoh.
Penggambaran ini merupakan paparan
tentang lingkungan atau tokoh lain yang berhubungan erat dengan tokoh.
2. Latar
Latar atau setting merupakan rujukan atau
keterangan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita atau karya sastra.
Berikur ini jenis latar dalam karya sastra.
a. Latar
waktu berkaitan dengan waktu, seperti pagi hari, siang hari, malam hari, jam,
atau periode sejarah.
b. Latar
tempat berkaitan dengan tempat, seperti desa, kota, laut, dan rumah.
c. Latar
suasana berkaitan dengan situasi atau suasana yang melatari peristiwa dalam
cerita, seperti suasana sedih, suasana gembira, suasana takut, peperangan, dan
menegangka.
3. Alur
Karya novel
dibangun oleh beberapa unsur intrinsik. Unsur intrinsik tersebut, antara lain
alur cerita, pelaku/penokohan, dan latar kejadian atau peristiwa. Alur
merupakan urutan kejadian dalam cerita novel. Alur terbagi dalam tiga jenis,
yaitu.
1. Alur maju (progresif), yaitu urutan kejadian
mengarah ke masa depan.
2. Alur mundur (regresif/flash back), yaitu
urutan kejadian mengarah ke masa lalu.
3. Alur campuran, yaitu alur/urutan kejadian yang
merupakan gabungan dua macam alur di atas. Ada alur maju dan ada alur mundur.
Alur adalah keseluruhan jalinan peristiwa yang membentuk satu
kesatuan sebab akibat yang disebut cerita.
Alur dibagi atas beberapa jenis seperti berikut.
a. Alur maju
Bagian
alur disajikan secara berurutan dari tahap perkenalan atau pengantar,
dilanjutkan dengan tahap penampilan masalah dan diakhiri dengan tahap
penyelesaian.
b. Alur mundur
Alur
ini disusun dengan mendahulukan tahap penyelesaian, disusul dengan tahap-tahap
lain yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang mendahului.
c. Alur campuran
Alur
ini merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Maksudnya, susunan
penyajian urutan peristiwa diawali dengan puncak ketegangan, dilanjutkan dengan
perkenalan, dan diakhiri dengan penyelesaian.
Contohnya
dalam suatu cerita dikisahkan seorang tokoh yang menceritakan kehidupan yang
dialaminya pada saat ini. Dia lalu menceritakan masa kecilnya.
Alur
dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut.
a. Tahap penyituasian
Tahap
ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, terutama
berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
b. Tahap pemunculan konflik
Tahap
ini merupakan tahap awal munculnya konflik. Konflik itu sendiri akan berkembang
menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.
c. Tahap peningkatan konflik
Konflik
yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.
Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan
menegangkan.
d. Tahap klimaks
Konflik-konflik
yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas
puncak. Klimaks cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan
sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama.
e. Tahap penyelesaian
Konflik
yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian. Ketegangan dikendorkan.
Konflik-konflik tambahan juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap ini
dapat diakhiri dengan kebahagiaan atau kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar