LAFAL, TEKANAN, INTONASI DAN JEDA
A. Pemahaman terhadap Lafal,
Tekanan, Intonasi, dan Jeda
1. Lafal
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa, secara umum fonem vokal dalam bahasa Indonesia dilafalkan
menjadi delapan bunyi ujaran, walaupun penulisannya hanya lima. Delapan bunyi
ujaran itu adalah (a, i, u, e, ə, ε, o,)
Misalnya:
fonem / a / dilafalkan [ a ]
fonem / i / dilafalkan [ i ]
fonem / u / dilafalkan [u ]
fonem / e / dilafalkan tiga bunyi yaitu: [ e ] , [ ə ] atau e
lemah, dan [ε] atau e lebar.
Contoh pemakaian katanya;
lafal [ e ] pada kata < sate >
lafal [ə ] pada kata < pəsan >
lafal [ε ] pada kata < n ε n ε k >
fonem / o / terdiri atas lafal [ o ] biasa dan lafal [ ] atau
o bundar.
Contoh pemakaian katanya:
lafal [ o ] pada kata [ orang ]
lafal [o ] pada kata [ p h n ], saat mengucapkannya bibir lebih maju
dan bundar.
Lafal sering dipengaruhi oleh bahasa daerah mengingat pemakai bahasa
Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya
masing-masing. Bahasa daerah ini merupakan bahasa Ibu yang sulit untuk
dihilangkan sehingga saat menggunakan bahasa Indonesia sering dalam pengucapan
diwarnai oleh unsur bahasa daerahnya. Contoh: Kata <apa> diucapkan
oleh orang Betawi menjadi <ape>,
Kata <pohon> diucapkan oleh orang Tapanuli <pu’un>.
kata <benar> diucapkan
orang Batak menjadi <bεnar>, atau
di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering
diiringi
dengan bunyi /m / misalnya, <Bali> menjadi [mBali],
<besok> menjadi
{mbesok] dan sebagainya.
Selain itu pelafalan kata juga dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang
tidak baku. Perhatikan contoh di bawah ini.
rabu --------- reb
kamis ------- kemis
kerbau ------ kebo, dan lain sebagainya.
Secara umum setiap pelajar dapat melafalkan abjad dengan benar, namun ada
pelafalan beberapa huruf yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena sering
dipengaruhi oleh lafal bahasa asing atau bahasa Inggris.
Contoh:
-- huruf c dilafalkan ce bukan se,
-- huruf g dilafalkan ge bukan ji
-- huruf q dilafalkan ki bukan kyu
-- huruf v dilafalkan fe bukan fi
-- huruf x dilafalkan eks bukan ek
-- huruf y dilafalkan ye bukan ey
Jadi : Pengucapan MTQ adalah
[em te ki] bukan [em te kyu]
Pengucapan TV adalah [te fe] bukan [ti fi]
Pengucapan exit adalah [eksit] bukan [ekit]
2. Tekanan
Tekanan adalah gejala yang ditimbulkan akibat adanya pengkhususan dalam
pelafalan sebuah suku kata atau kata. Tekanan
adalah bentuk tinggi rendahnya, panjang pendeknya, atau keras lembutnya
suara atau pengucapan. Biasanya kata yang mengalami tekanan tertentu adalah
kata yang dipentingkan.
Tekanan hanya menunjukkan sesuatu kata atau frasa yang ditonjolkan atau
dipentingkan agar mendapat pemahaman secara khusus bagi pendengar. Tekanan
tertentu pada sebuah kata atau frasa menguatkan maksud pembicara. Biasanya
tekanan didukung oleh ekspresi atau mimik wajah sebagai bagian dari ciri bahasa
lisan.
Contoh penggunaan pola tekanan:
1. Adi membeli novel di toko buku.
(yang membeli novel Adi, bukan
orang lain)
2. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel, bukan
membaca)
3. Adi membeli novel di toko buku.
(yang dibeli Adi novel bukan alat
tulis)
4. Adi membeli novel di toko buku.
(Adi membeli novel di toko buku
bukan di pasar)
3.
Intonasi
Intonasi ialah tinggi rendahnya nada
dalam pelafalan kalimat. Intonasi lazim dinyatakan dengan angka (1,2,3,4).
Angka 1 melambangkan titinada paling rendah, sedangkan angka 4 melambangkan
titinada paling tinggi. Penggunaan intonasi menandakan suasana hati penuturnya.
Dalam keadaan marah seseorang sering menyatakan sesuatu dengan intonasi menaik
dan meninggi, sedangkan suasana sedih cenderung berintonasi menurun. Intonasi
juga dapat menandakan ciri-ciri sebuah kalimat. Kalimat yang diucapkan dengan
intonasi akhir menurun biasanya bersifat pernyataan, sedangkan yang diakhiri
dengan intonasi menaik umumnya berupa kalimat tanya.
Contoh:
- Mereka sudah pergi.
- Mereka sudah pergi? Kapan?
4. Jeda
Jeda adalah
penghentian atau kesenyapan. Jeda juga berhubungan dengan intonasi, penggunaan
intonasi yang baik dapat ditentukan pula oleh penjedaan kalimat yang tepat.
Untuk kalimat panjang penempatan jeda dalam pengucapan menentukan ketersampaian
pesan. Dengan jeda yang tepat pendengar dapat memahami pokok-pokok isi kalimat
yang diungkapkan. Penggunaan jeda yang tidak baik membuat kalimat terasa
janggal dan tidak dapat dipahami. Dalam bahasa lisan, jeda ditandai dengan
kesenyapan.
Pada bahasa tulis jeda ditandai dengan spasi atau dilambangkan dengan garis
miring [/], tanda koma [,], tanda titik koma [;], tanda
titik dua [:], tanda hubung [-], atau tanda pisah [--].
Jeda juga dapat memengaruhi pengertian atau makna kalimat. Perhatikan contoh di
bawah ini.
Menurut pemeriksaan dokter Joko Susanto memang sakit
Kalimat ini dapat mengandung pengertian yang berbeda jika jedanya berubah.
Misalnya,
a. Menurut pemeriksaan / dokter Joko Susanto / memang sakit.
(yang sakit dokter Joko Susanto)
b. Menurut pemeriksaan dokter / Joko Susanto / memang sakit.
(yang memeriksa dokter dan yang
sakit ialah Joko Susanto)
c. Menurut pemeriksaan dokter Joko/ Susanto/ memang sakit.
(yang memeriksa bernama dokter
Joko, yang sakit Susanto)
bagus banget kak blognya mantap
BalasHapusmanfaat kartu ponta alfamart